Tentang Palestina, Siapa yang Seharusnya Paling Marah & Bersedih?

Sunday, November 10, 2024

Sebenarnya, aku marah dengan banyak orang yang memilih diam dan tidak mengambil peran untuk menyuarakan Palestina. Termasuk keluarga dan teman-teman ku sendiri. Aku kecewa, meski tidak mengatakannya secara langsung. 

Kali ini, untuk Palestina, kita seharusnya  bergerak dengan terang-terangan, menyebarluaskan amalan ke-Palestina-an sekencang mungkin, dan TIDAK MEREMEHKAN usaha sekeciiil apapun, termasuk bersuara. 

Bukankah memang sudah saatnya ummat Islam bersatu? 

Jika kita terus terbelenggu dalam pikiran yang egois, tidak menjadikan issue Palestina sebagai sesuatu hal yang penting, lantas mau sampai kapan kamu melihat ummat Muhammad terus dibantai dan dibunuh? 

***

Saat melihat bayi-bayi mati tergeletak di tanah, anak-anak yang menjerit kelaparan, bocah-bocah lugu tanpa dosa dibunuh? Siapa yang seharusnya berteriak paling marah?

Tentu, mereka yang menyebut dirinya “Ayah dan Ibu.”

Saat melihat orang tua dibuka bajunya, tersungkur, kesakitan, diperlakukan tidak patut. Siapa yang seharusnya paling marah? 

Tentu, mereka yang menyebut dirinya “anak”

Saat melihat perempuan suci dilecehkan? Laki-laki penuh kehormatan dilecehkan?

Siapa yang seharusnya paling marah?

Ayah, ibu, saudara kandung, kerabat, isteri dan suami tentu menjadi orang yang siap menyambit mereka dengan celurit panjang. 

Saat para dokter, nakes, paramedis disandera diancam kehidupannya? 

Siapa yang seharusnya terusik? 

Tentu seharusnya mereka yang menyebut dirinya “sejawat”

Saat para jurnalis dibunuh, dibungkam suaranya

Siapa yang seharusnya paling marah, protes, dan geram? 

Tentu seharusnya ‘sesama’ jurnalis yang paling lantang menyuarakan solidaritas. 

Para ibu dan perempuan yang tidak punya ruang aman untuk melahirkan, mengasihi, dan HAID

Siapa yang seharusnya paling marah? 

Para perempuan, organisasi keperempuanan, bukan? 

Lalu, sesungguhnya apa & bagaimana peran kita semua? 

Bukankah kita sebenarnya juga menggenggam peran yang sama dengan mereka, lantas mengapa memilih bungkam? Dan aduhai enak sekali menjadi penonton pembunuhan

Sekali lagi,

Bukankah seharusnya kita menjadi orang paling yang geram, terusik dan marah? 

Bahkan b*j*ng*n tak akan pernah cukup untuk menggambarkan kebiadaban Z10n15. 

Sayang,

Nurani (kita) lumpuh, Iman dan islam pun rapuh. 

Jangankan berbicara tentang ‘pembebasan’  Al Aqsa, jauh sekali rasanya.

Lawong membicarakan dalam ruang "kemanusiaan saja" kelu. 

Aku pun hanya bisa mengaminkan, mengakui kelemahan, 

Dimana ummat Muhammad?

Ia banyak, namun seperti BUIH DI LAUTAN.

Menangisi Palestina

Thursday, November 7, 2024

Aku selalu tidak kuat, saat mereka memekikkan kalimat:

“Akan aku adukan UMMAT ISLAM pada ALLAH”

“YAA RASULULLAH, JANGAN KAU BERIKAN SYAFAAT UNTUK ARAB, UNTUK MUSLIM, MEREKA MEMBIARKAN KAMI MATI.”

Aku takut. 
Aku takut menjadi salah satu dari mereka yang dikutuk karena membiarkan Palestina sengsara di bawah penjajahan. 
Aku takut, tapi bukankah kita semua pantas mendapatkan kemarahan dari rakyat Palestina? 😭

***

Di sisi lain,
Hati ku juga PORAK PORANDA, saat justru mereka yang memberikan penghiburan untukku, untuk kita. 

“Terima kasih” ucap mereka saat aku menjelaskan pada mereka bahwa aku dan teman-temanku memiliki project kecil-kecilan untuk raise awareness tentang Palestina. 

“Ayo bicarakan hal lain, aku selalu melihat kamu bersedih saat membicarakan tentang Gaza,” ucap seorang teman online menenangkanku dari Khan Younis, Gaza, Palestina

Bagaimana bisa mereka yang mencoba membesarkan hatiku disaat merekalah yang hidup jauh lebih sulit dariku. 

YA ALLAH
YA ALLAH
YA ALLAH
YAAA ALLAAAHHHHHHH 😭😭😭

Segerakanlah pertolongan-Mu. 

Redakan semua rasa sakit saudara-saudara kami di Gaza dan Palestina. Muliakan mereka, muliakan mereka, muliakan mereka Yaa Rabb


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS