Tulisan Tentang Menikah #2 (Stigma Telat Nikah)

Wednesday, May 29, 2019

Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan teman-teman lama waktu SMP.
Yaa biasalah kita ngobrol-ngobrol, ketawa, bercanda sampai pada sesi bertukar pikiran. hehe

Salah seorang teman bertanya, "Menurutmu Nikah telat i pie ? Ada nggak ?"

Satu per satu dari kita menjawab secara bergantian.
Secara umum kita nggak setuju sih, tapi ada beberapa sudut pandang yang musti dipertimbangkan. Misalnya jika statement tersebut dilihat secara fisik. "Perempuan itu kan ada masa subur, menopouse,  tau kan yang tabel-tabel perempuan itu ? . . mungkin ini yang jadi pertimbangan." (pendapat ini dikatakan oleh salah seorang temanku yang lain).

For me, ini ada benarnya juga :)

Btw, Sebenernya ya, pertanyaan ini cukup menarik karena yang nanyain adalah teman ku laki-laki. Wkwkw

Pas tiba giliranku, kata pertama yang aku utarakan adalah
"Stigma"

Gimana ya, menjawab sebuah pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan soal "nikah telat" tuh sebenernya simple tapi berat. nahlo pie kui >< wkwk

Karena.. gini, siapa sih sebenernya yang ngasih ukuran "telat nggak telat" tuh ? Manusia. Penilaian masyarakat.

"Kapan nikah ?"
"Udah umur segini kok belum nikah ?"
"Nunggu apalagi ?"
dll...

Terus ukuran telat dan nggak telat itu gimana ?
Gausah ukuran deh, definisi nikah telat itu gimana ?
Mungkin ada banyak sudut pandang ya, kayak misal dari fisik atau kesehatan, bolehlah. Tapi kalau based omongan orang lain yaaaaa ngapain ? hehe

aku sendiri nggak mau terjebak dengan stigma dan sentimen masyarakat, buat apa? Kita hanya akan terkungkum pada perasaan gelisah dan takut. Dan menurutku itu hanya akan memicu pikiran kita jadi nggak believe sama Alloh.

Jodoh itu Alloh kasih kok. Kapannya yang kita nggak tau, kalopun nggak dapet di dunia, mungkin besok ketemunya di akhirat.

Lagian, segala sesuatu dalam aspek kehidupan kita tuh udah Alloh jamin. Semuanya! Se-sayang itu loo Alloh sama Hamba-hambanya.
Gak ada tuh Alloh bilang "Barangsiapa wanita berumur 25 belum nikah maka dia bukan termasuk hambaku" gak ada!

Lalu apa yang perlu kita takutkan jika Alloh sudah menjamin segala rizki (termasuk jodoh) kita di dunia ini :)

Bagiku, daripada pusing memikirkan stigma-stigma tersebut, lebih baik diganti dengan Ikhtiar dan berdoa. Karena jodoh datang selain ditunggu juga perlu diusahakan :) #eyaa

Sebenernya aku mungkin belum cukup berbakat ya kalau bicara soal jodoh dan menikah. Karena aku ini belum punya pengalaman, belum ketemu jodoh dan belum menikah juga :' Tapi yang ingin aku bagikan disini adalah supaya Muslimah-muslimah tuh jangan gelisah perkara sentimen masyarakat.
Kalau kita nggak bisa mengelola pikiran secara positif, yawes nggak usah di dengerin.
Capek kali kalo harus ngikutin maunya semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu nggak tepat kalau nggak sesuai sama pendapat pribadi doi. Ye nggak ? hehe.

Dah balik lagi aja ke Hadits Rosul.
Barangsiapa yang sudah mampu menikah, menikahlah, jika kamu belum mampu maka berpuasalah.


-Luinnisa-

Perempuan dan Pulang Malam

Monday, May 27, 2019

"Anak perempuan tuh gaboleh pulang malam," "nggak baik."

Am I agree ?

Biarkan aku menjawabnya dengan sebuah cerita.

Sewaktu SMP, aku ikut organisasi Pramuka dimana aku nggak selalu bisa pulang di jam yang sama dengan yang lain. Ya, disaat teman-teman yang lain sudah pulang disiang hari, aku dan teman-teman Dewan Penggalang (nama organisasi yang aku ikuti semasa SMP) masih latihan dan kumpul sampai sore hari. Nggak jarang aku kehabisan bus pulang dan harus oper naik bus antar kota. Pernah juga suatu ketika (kalau nggak salah) aku nggak dapet bus. Akhirnya aku ikut temanku pulang ke rumahnya di daerah Keprabon kemudian telepon orang tua dan minta dijemput disana.

Sewaktu SMA, aku mencoba ekskul dan organisasi macem-macem. Lima kali ya, meski yang bertahan sampai akhir cuma tiga. hehe
Aku ikut OSIS, Apresiasi Seni (Apres) dan Jurnalistik.
Yang lain sore setelah jam tambahan selesai sudah pulang, aku dan teman-teman ekskul masih kumpul, kadang rapat, kadang juga latihan. pulangnya? Maghrib.
Masih bagus pulang Maghrib, pernah juga aku dan teman teman Apres sampai diusir guru dari Sekolah karena hampir jam 9 malam masih di sekolah. akhirnya kita pindah ke rumah salah satu teman buat lanjutin latihan dan pembahasan.
Kelas 3 SMA pun masih suka pulang malam, bahkan hampir full selama satu minggu. Ngapain ? les persiapan ujian, kadang juga plus-plus keliling GO di Solo (kapan-kapan aku cerita soal ini ya. masih suka terharu kalo inget).

Puncaknya adalah masa kuliah. terlebih saat semester 4,5,6.
Meskipun cuma ikut 1 organisasi di kampus. Namun tanggung jawab dan tugasnya cukup lumayan bikin sibuk. wkwkwk ditambah tugas kuliah yang Masya Alloh luar biasa 'membahagiakan' :")
Kalau kelompokan tugas kuliah, nggak jarang kita pulang jam 11 malam, pernah juga sampek temen nginep dirumhku sampai nggak tidur karena beban tugas yang yaa lumayan lah :'
pernah juga aku ngerjain tugas di kos temen sampai jam 5 pagi baru pulang, dan lain sebagainya.
itupun mending gaes, masih ada teman-temanku yang ambil spesialisasi video yang harus kumpul sampai nggak balik atau balik larut malam. 
Belum lagi soal organisasi. Aku pernah pulang evaluasi setelah acara pukul setengah 2 pagi, udah gitu pulang-pulang abis Subuh musti ikut ortu ke Kudus. pernah juga ngerjain tugas pulang jam 2 pagi. pernah juga rapat dan persiapan H- sekian acara sampai jam 1 pagi lebih.

"Emang kamu boleh sama ortumu pulang sampek jam segitu?"
Nih ya, aku rasa semua orang tua tuh nggak bakalan ngizinin anak perempuannya pulang malam.  Wajar sih, apalagi kalau anak perempuanya masih gadis, takut kenapa-kenapa kan pasti (Naudzubillah) dan belum ada Mahram juga. Kan dalam Agama pun ada aturannya. 
Ibuku pun pernah bilang kalau anak perempuan itu baiknya selepas Maghrib udah dirumah. wkwk
Tapi aku tidaq akan mampuuu sepertinya jika aturan tersebut diterapkan. heuheu
Terus solusinya apa ?
Menjelaskan dan membuktikan. 
Wah, orang mah ngira nya enaknya doang bisa balik malem, padahal yaa proses penerimaan itu pasti ada step-step yang perlu ditempuh. Pernah kalii aku juga dimarahi, wkwk. Tapi yang jelas, aku pernah bilang gini ke ibu "Bu, aku tuh sebeeellll banget ngelihat orang yang nggak tanggung jawab. Ngerjain tugas banyak alesan, ngerjain tanggung jawab nggak maksimal. kayak gitu i merugikan orang lain. aku mboten seneng. Aku nggak mau digituin, makannya aku juga nggak mau melakukan hal tersebut. "
Alhamdulillahnya ibu ku bisa positif menerima penjelasan anaknya sih (meski mungkin terpaksa kali ya) wkwk. Tapi aku mengutarakan hal tersebut dengan yakin sih, nggak ada keraguan sedikitpun. Karena yaa memang itu faktanya.
Dan mungkin ibuku melihat juga sih, aku kerap begadang nugas, beberapa kali kerja kelompok dirumah ku sama temen-temen sampek larut sampek pagi gitu, hehe.
Jadi Insya Alloh pulang malam itu karena ada hal bermanfaat yang sedang kukerjakan #eyaa

Bagiku, pulang malam adalah ikhtiar terkecil yang bisa aku lakukan untuk berusaha semaksimal mungkin mengemban amanah dan tanggung jawab. Karena aku tahu ketika ada satu dua tiga orang yang kebanyakan alasan dan mangkir dari tugas, itu sangat merugikan. tanggung jawab adalah value yang menurutku sangat penting. sebuah pembiasaan diri supaya kalau semakin mendewasa, nggak jadi orang yang kebanyakan alesan :') karena apa ? orang tuh kalo banyak alesan, sulit dipercaya! bener nggak? hehe.
eh ini bukan klise. iki tenanan. Aku pun tidak segan bertindak tegas sama people-people nggak bertanggung jawab diluar sana. Makanya orang yang pernah kerjasama sama aku beberapa orang kerap menganggapku galak sebagian lagi menganggapku tegas. ya terserahlah itu hanya anggapan orang. wkwk ><
Yang jelas Tanggung Jawab itu bagian dari amanah yang harus dijalankan dengan sebaiq-baiqnya. yhaa khaan ? *ngomongpakekgayaSyahrini

Yang kedua adalah membuktikan. Aku berusaha selalu jujur kepada orang tua ku ketika aku pulang malam. Bahkan pas waktu aku magang di Jakarta, tanpa ortuku bertanya, aku dengan kesadaran sendiri bercerita "aku pulang jam segini karena gini..." dan mungkin inilah yang menjadi alasan ortuku bisa memberikan kepercayaan penuh kepada quu.
hehe
Tapi ya namanya ortu gaes, tetep lah pasti ada ngomel-ngomelnya "Ojo mulih wengi-wengi" dll. wkwk
itu pasti. 

"Kenapa nggak nginep aja ?"
Pernah kok, nginep 1x pas jadi panitia PKKMB. Karena musti sampai kampus sebelum Subuh. wkwk. berat kalo aku harus bangun jam 2 pagi disaat pulang evaluasi aja udah malem :"
Tapi kalau selagi aku masih bisa dan kuat pulang, sejujurnya aku prefer pulang. Capek capek sekalian abis itu bobo dirumah dengan tenang. Lebih enak. Lebih nyaman. Nggausah nunggu pagi baru balik berasa kerja dua kali gitu loo hehe

"Tetanggamu nggak ngomong macem-macem ?"
Sepertinya sih tidak ya. Karena aku anak bae-bae nggak pernah ngomongin anak tetangga juga. wkwk
Kalaupun ada ya cuek aja sih. Aku tahu yang terjadi pada diriku, aku nggak aneh-aneh dan Alloh Maha Tahu. 
Tapi nggak dipungkiri dulu ibu qu juga pernah mengutarakan kekhawatirannya. tapi aku bilang gini "Kalau orang berpendidikan, mesti tahu mahasiswa pulang malem kenapa" (Agak kejem ya, tapi ya aqu memang begitu gais, nggak mau ambil pusing sama hal yang nggak fenting) hehe

"Nggak takut kalo kenapa-kenapa dijalan ?"
Worry pasti pernah lah. sampek ngebut banget. wkwk
Biasanya takut itu kalo abis baca kejadian yang aneh-aneh. takut bangetttttt
Tapi Bismillah, Bismillah, Bismillah, semoga Alloh SWT melindungi :')

Intinya,value orang tuh masing-masing.Nggak selalu sama, tapi juga nggak selalu beda.
Akupun juga punya temen yang dia nggak boleh keluar malam sama ortunya. Ya nggak papa, aku menghargai itu. Apapun aturan yang diberikan orang tua kepada anak, Insya Alloh sudah dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya.
Yang jadi masalah adalah ketika kita suka mengkotak-kotakan sesuatu, men-generalisir sesuatu dengan simpulan-simpulan yang terlalu tendensius.
Pulang malam di cap terlalu bebas,
Nggak pernah keluar malem dianggep cupu
Pertanyaanya, siapa yang suka melabeli kayak gitu ? 
wkwk
Nah loo . .
Padahal, semua keputusan, semua pilihan tuh ada reason nya. 
Mungkin, yang nggak bisa keluar malam tuh jalan menuju rumahnya terlalu sepi dan berbahaya, mungkin juga yang terbiasa keluar malam tuh senang dengan berkegiatan positif diluar.

Kenali dulu alasannya, kenali dulu hal-hal yang melatarbelakanginya.
Jangan mudah berkesimpulan apalagi sembarangan memberikan penilaian, nggak baik.
Biasain positif melihat segala sesuatu,biar nggak mudah suudzon (ngomong sambil madep cermin banget ini mah) >< wkkw

Satu lagi, kita ini jangan merasa lebih baik terhadap  apa-apa yang kita pilih. belum tentu kita lebih baik. Alloh yang lebih tahu, bagaimana kamu.

Prinsip setiap orang mungkin berbeda-beda, macem-macem lah pokoknya. Yaa kita saling menghormati, saling belajar dan mengambil sisi positifnya. Jangan sibuk membanding-bandingkan karena nggak akan pernah sama.

Karena nantinya dimasa depan, kita semua pasti punya peran yang berbeda-beda. (Nah ini bakal dibahas di next post ya)

Terakhir,
Pastikan apapun pilihan mu adalah pilihan terbaik, syukur-syukur penuh manfaat.
Lagi-lagi, ukuran manfaat dan baik tiap orang juga beda-beda, jadi balik lagi ke masing-masing individu.

Kalau boleh sedikit bilang, dari aqu yang kerap pulang malam, dulunyaa . . wkwk
Pulang malam atau tidak, jangan serta merta dan satu-satunya dijadikan ukuran baik buruk seseorang yaa :"
Karena sekuat tenaga aqu juga menjaga Izzah dan Iffah ku sebagai perempuan Muslimah.
Akupun berusaha, apapun yang kukerjakan hingga larut malam adalah sesuatu yang bermanfaat. nggak aneh-aneh, bukan nongki-nongki cantik apalagi bersentuhan dengan dunia malam. nonono!!
Nggak usah soal malam-malam deh, yang nggak pulang malam tapi menghabiskan waktu untuk kemadharatan kan juga banyak to ? :'

Intinya, Alloh Maha Melihat, Alloh Maha Tahu :)



-Luinnisa-

Tidak Sudi Memaafkan!

Menenggelamkan Lalu



-Luinnisa-

Manusia yang Tidak Ingin Bergelut dengan Sakit Hati



-Luinnisa-

#LoveYourSelf




-Luinnisa-

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS