Seramah-ramah nya aku, atau se se runya aku menurut orang lain, sebenernya aku tipe orang yang NGGAK GAMPANG COCOK sama orang lain.
Kadang, aku juga mikir ‘kenapa ya aku bisa se susah ini orangnya?’
Banyak yang bilang aku ramah. Tapi ramah belum tentu gampang beradaptasi. Aku, termasuk slow learner. Lambat banget untuk menyesuaikan diri. Mungkin nggak terlalu kelihatan karena terkaburkan dengan sifat ‘ramah’ tapi sebenernya kalau aku nggak cocok sama orang, gak suka sama orang, super kelihatan. Simply, aku akan menghindar untuk ngobrol dengan orang tersebut, bahkan cenderung menghindari bertatapan mata dengannya.
Setelah mencoba mikir dan jujur sama diri sendiri, sepertinya kecenderungan nggak cocok sama orang ini adalah efek dari masa sekolah yang banyak nggak dapet tempat buat berekspresi. Hehe
Jadinya ya cenderung menarik diri, daripada “punya efek dibenci” tanpa punya kesiapan mental yang cukup.
Dulu waktu kelas X SMA guru-guru tu demen banget suka nyuruh kita buat ngasih kritik dan saran ke temen satu kelas pakek kertas terus diputer-puter dan anonim.
Kalau dipikir-pikir kenapa ya harus pakek kertas? Kenapa murid tu nggak diajarin cara ‘komunikasi yang baik’.
Di kertas itu, aku dapet banyak banget hujatan perkara “NGOMONG” (Orang gak suka banget aku bac*t)
Waktu SMA, aku juga pernah diteriakin cowok di depan muka ku kalau suaraku gak enak. (Dan laki-lai ini sekarang jadi suami temen deketku, LOL)
Pas SMP aku pernah nulis kritik buat guru-guru yang pakek jilbab pendek di mading, waktu itu salah seorang guru (yang aprecciate dengan karyaku) ngumumin kritik tersebut di ruang guru. Akhirnya, di pelajaran OR ada guru yang nyindir aku.
Waktu SD, aku juga pernah “disidang” karena ada temen yang laporin nggak suka sama aku.
Aku punya fase ‘dibenci’ disetiap masa sekolahku. Walaupun, aku juga punya banyak berkat bakat dan prestasi non akademik.
Walaupun sekarang aku dengan orang-orang problematik di masa SD-SMA biasa-biasa aja.
Tapi tanpa aku sadari, kejadian-kejadian itu berdampak sedikit buruk padaku saat dewasa.
Efeknya, benar-benar berasa ketika aku kuliah. Ketika justru aku punya banyak banget temen-temen baru yang seru, terbuka dan pinter, tapi keberanian berekspresiku justru hilang.
Aku takut, bahkan minder.
Dan mungkin sampai saat ini.
Aku merasa kekuranganku tidak diterima.
Kelebihanku dianggap kekurangan.
Sehingga aku cenderung menjauh dari orang yang tidak bisa menerimaku ‘sepaket dengan kekuranganku’.
Ketika aku bertemu dengan orang yang nggak bisa tulus sama aku, aku akan memilih pergi
Ketika aku bertemu dengan orang yang attitude nya minus, daripada kepentok dosa merasa lebih baik, aku lebih memilih pergi.
Banyak terluka membuat aku sangat berhati-hati memilih orang yang masuk dalam kehidupanku.
Lebih baik menyadari tidak cocok dan pergi, daripada memaksakan baik tapi hanya berujung terluka, sakit, berkali-kali.
Aku benar-benar sangat berhati-hati.