Setelah cerita ini usai, ternyata masih ada kelanjutan kekepoan dari ibu-ibu yang bikin gedek-gedek kepala.
"Mbak, maaf yaa ini bukan bermaksud gimana, cuma nanya. Mbak ada keinginan buat (ngecilin badan/diet) ngga? Soalnya maaf ya ini. Saya yang sudah bersuami saja tuh (njaga banget) kalau agak besar sedikit tu rasanya aduh gimana ya. Kan laki-laki tu..."
Aku lupa persisnya basa-basi si ibu ini gimana. Tapi biar mudah mencerna, ibu ini tu seakan pengen bilang gini "Mbak gak pengen diet? Biar menarik gitu loh (di mata laki-laki). Saya aja yang udah nikah jaga badan buat suami saya"
Sebenernya, gue bisa aja menjawab dengan beragam variasi. Mulai dari jawaban tegas sampai kurangaj*r.
Kira-kira begini opsinya:
1. Opsi tegas, pakek dalil, biar nohok
"Betul bu, fisik perempuan itu menarik. Itulah kenapa syariat mewajibkan wanita menutup aurat secara sempurna. Kurus atau tidak setau saya kewajibannya sama bu. Tidak boleh diumbar "keindahan tubuh" kepada laki-laki, lebih-lebih yang bukan mahram. Saya juga nggak berminat dapet laki-laki yang otak sama kepala nya isinya body perempuan doang sih."
2. Opsi kurangaj*r, pedes, cocok untuk counter balik bac*tan tidak bermutu
"Ya wajar lah bu anda harus jaga. Kalau anda tubuhnya nggak menarik ya suami anda lirik sana sini lah. Lawong anda aja gak pernah PD sama tubuh anda sendiri. Lagian beda bandingan bu. Anda menjaga buat mahram, la kalo saya njaga buat biar dilihat orang, lah emang saya PSK? (Nauzubillah)"
Kalau gue kejam, mulut gue bisa-bisa aja lebih berbisa ngatain balik. Misalnya pakek penambahan kalimat 'tapi kalau kurus bukannya nggak menarik ya bu?' (kebetulan orang yang basa basi busuk sama w ni kurus)
Note: Gue nggak ngatain orang kurus ya, please note in the context. Orang ini usil ke w, sehingga w pun jadi punya potensi "serang balik"
Gue nggak ada masalah ketika orang mengkritik gue supaya diet karena alasan kesehatan. Gue gpp banget, dan bersyukur orang-orang mau ngingetin. Walhasil sekarang aku jadi rajin renang tiap minggu. Perlahan memperbaiki pola hidup yang kemarinan rada berantakan.
Tapi akan sangat what the h*ll ketika tubuh gue dijadikan objek penilaian -kenapa gue belum menikah-
Dan perbandingan yang ibu-ibu bandingkan tuh NGGAK SEBANDING.
Gini, kalau kamu udah menikah, kamu jaga tubuh untuk suami mu itu WAJAR. Ya emang harus gitu.
Tapi kalau kita (single), mempercantik tubuh supaya "terlihat menarik" di hadapan lakik lakok kurangmen gawean. Pakek parfume semerbak dengan niat memikat bukan mahram aja dosaaaaaa ><
Gue bukan kupu-kupu malam (Nauzubillah) yang memperindah tubuh hanya untuk disukai laki-laki. Gue nggak serendah itu.😡
Allah menyukai keindahan bener, kita musti jaga badan juga bener, tapi bukan buat nyenengin mata sembarangan laki-laki. Kalau kemenarikan hanya terletak pada tubuh, ngapain gue susah-susah pakek kerudung rapet? Panjang lagi kerudungnya. Ya mending gue pakek jilboob (Nauzubillah).
Toh ya, ni kalau mau ekstrim. Selera orang tuh beda-beda. Ada yang merasa kurus menarik, berisi menarik, gendut menarik. Subyektif banget.
Dahlah, urusan tubuh tu gausah dikomentarin amat-amat. Akan ada masanya anda, aku, dan kita semua tu keriput, tua, nggak menarik, apa yang mau disombongin?
Atau misal nih nanti habis lahiran *mohon maaf lebaran dikit kalau dikatain gendut, pasti gasuka juga kan?
Jadi ayolah buibu jaga mulut sama-sama. Jangan bermudah mudahan ngerendahin sesama perempuan.
Fokus jadi perempuan yang bermartabat, akhlaq sama lisannya yang santun. Sambil tetep rajin merawat diri.
Lagian, gue nggak haus pujian dengan hal-hal yang sifatnya fisik. Soalnya tbh nih, kalo cuma sekadar pujian dari laki-laki, banyak yang muji w cantik. ><
Cuma kan hidup ini nggak cuma muter-muter urusan fisik toh? Kita perempuan, isteri, ibu tuh penggerak bangsa lo. Kunci daripada kunci peradaban.
Mbok ya dimulai menjadi pribadi yang lebih baik, cerdas, pintar dan belajar.
Mau jadi ibu kayak ibu para imam, tapi jaga mulut susah banget. Fisik pula yang dikatain. Duh gasempet sih w.