Salah satu hal yang membuatku senang bekerja dengan orang-orang culture Jakarta adalah sikap -nggak mencampuri urusan orang lain- yang mereka miliki.
Mau kamu gendut atau kurus
Mau kamu buluk atau kinclong
Mau kamu single, kawin, cerai
Mau kamu punya orientasi seksual A, B, C
Mau kamu punya masa lalu kelam atau cerah
Mau kamu lulusan SMA, S1 atau S2 di LN
Mau kamu Islam, Kristen, Budha, atau gak beragama sekalipun
Nggak akan ada yang peduli.
Nggak ada orang yang sibuk menanyai, apalagi mencampuri urusanmu!!
And immmmm super duper love it!
Aku beberapa kali membicarakan ini dengan saudara dan temanku yang sekarang juga kerja di Jakarta.
"Kerja di Jakarta emang capek, bising, tapi culture hidup masing-masing ala orang Jakarta ini bener-bener jadi zona nyaman sih. Ini yang membuat aku bener-bener seneng kerja di lingkungan kayak gini." ucapku berkali-kali.
Let me tell you about something! Its a true story!
Akhir-akhir ini aku bener-bener lagi males ngomongin pernikahan. Sebenarnya aku orang yang sudah teramat santai dan berdamai dengan keadaan, nggak terganggu dengan grusak-grusuk orang lain yang memburu-buruku untuk menikah. Namun karena intensitas "nyuruh-nyuruh nikah"yang -cukup sering- akhir-akhir ini jadi membuatku sedikit MUAK!
Entah yang ngurusi rahim, berusaha menjodoh-jodohkan TANPA meminta consent denganku, sampai membawa-bawa ibuku demi ucapan "cepet nikah" yang aku tahu itu hanya basa basi busuk!
Aku tidak suka! Aku tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
B*cot kali mereka wong mereka gak tahu kan isi hati pikiran dan kepalaku?
-
In another side
Ketika kanan kiri depan belakang orang-orang disini bac*t sekali ngurusin kawinan ku yang belum terlihat hilal nya ini, beberapa kenalan di Jakarta justru sebaliknya.
Kita kasih contoh ketika aku merengek duluan dan bertanya pada salah satu teman
"MANA YA KAK JODOHKU?"
"Mau jodoh ya Allah"
Apakah mereka akan menjawab "buruan nikah, keburu rahim nya usang," "buruan jangan suka pilih pilih" NO!!
Mereka gapernah jawab seperti itu.
Yang ada, seorang kolega pernah menjawab:
"Masih di seleksi sama Allah Lui"
Bahkan dari mereka tak segan mendukung dengan kata-kata baik, seperti "Kalau kalian nikah, nanti pokoknya aku seleksi dulu calonnya ya"
Betapa terenyuh nya hatiku mendapat kata-kata yang baik begini.
Kita yang awalnya mode bercanda jadi auto serius berdoa, berharap mudah-mudahan malaikat mengaminkan.
Pernah juga ada bercandaan di meeting kantor tentang aku yang pengen nikah. Ini isi orang yang masuk lebih ya dari 10 orang.
Tapi nggak ada satupun loh orang di room meeting itu yang bac*t aneh-aneh.
Bahkan salah satu senior yang kebetulan jadi moderator bilang "Wah kalau soal jodoh, gue gabisa komentar itu urusan Tuhan"
Deg.
Apaaa nggak malu anda-anda ini kalau suka biciiikkkk ngurusin urusan "kapan kawin teman-teman kalian ini?"
Nggak cuma yang muda-muda ygy. Aku pernah terang-terangan nanya sama mama nya temanku "Tante suka buru-buru X biar cepet nikah nggak?"
Tau nggak jawabannya apa?
"Nggak, tante itu minta nya langsung kepada Allah"
BEEHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!
Keren ngga?
Keren banget!!
Dan hal inilah yang bener-bener bikin aku nyaman berada di lingkungan orang-orang ibu kota. Sebuah sikap yang sulittttt banget aku temukan di sekitarku.
***
Kisah di atas baru urusan pernikahan ya belum yang lain.
Ada kisah lain misal seseorang yang terkena mental health. Si X sebut saja. Dia ada sakit mental health kemudian beberapa orang tahu nih. Mereka tu nggak ada loh yang nanya "Serius lo?" "Sejak kapan?" "Tahu darimana lo?" "Kobisa?" nggak ada cuy.
Contoh lain misal kepo soal berat badan, judgemental soal ibu RT/kerja, apalagi ya?
Pokoknya pertanyaan dan pertanyaan basa basi busuk yang biasa menjamur di lingkungan kita tu bener-bener jarang dikulik-kulik sama warga ibu kota.
Kecuali kamu punya prestasi, punya achievement nah itu kami pasti bakal ditanyain 'gimana caranya'
Culture ini kayanya nggak mungkin (jarang) ya dijumpai di daerah.
Bahkan apa yang aku rasakan, mungkin bener-bener nggak seberapa dibanding dengan teman-teman yang daerah nya desa. Mulut-mulut saudara/tetangga mereka bener-bener jauh lebih jahat banget!! Bukan hanya merundung tapi jatuhnya udah menghinakan harga diri.
Padahal derajat perempuan dalam Islam kan wajib yaa dimuliakaaannn.
***
Tapi dari sedikit cerita ini juga malah jadi membuatku merenung kok. Serius.
Kadang kita anak daerah suka merasa lebih beradab, lebih santun, melek tata krama. Merasa bahwa anak-anak metro anak-anak gak teratur, kejam, gak berhati eh ternyata emang musti saling belajar. Banyak orang-orang tinggal di ibu kota teryata lebih sopan, santun, dan beradab.
Sopan santun nggak musti makan sambil duduk, ketuk pintu sebelum masuk, salim sama ortu sebelum pergi, tapi bagaimana menghargai manusia lain dengan UTUH. Menghormati nilai dan privasi nya itu bagian dari seni bersopan santun juga.
Nanti kapan-kapan cerita lagi ya soal adab-adab yang kupajari dari culture ibu kota ini :')
Semoga kita terhindar dari bermudah-mudahan menyakiti orang lain entah dengan lisan, tulisan, sikap, ataupun bercandaan.