Hari Ayah

Friday, November 11, 2022

 Setelah berbulan-bulan lamanya aku sekuat tenaga mengingat bagaimana suara bapak, hari ini aku terbangun seperti dipanggil bapak.

Meski mungkin hanya sepersekian detik, aku sangat bahagia.

Aku terbangun dan mengingatnya.

Rasanya hatiku membaik, setidaknya aku tidak merasa berdosa-dosa banget setelah samasekali nggak bisa ingat suara bapak.


Bagi orang-orang yang pernah kehilangan merasakan sesak adalah trauma berat yang harus dipikul bertahun-tahun lamanya. Setiap hari! 


Kebanyakan dari kita hanya bisa diam. Takut karena dianggap nggak bisa berdamai dengan kehilangan, takut karena dianggap mangkir dari takdir Tuhan


Tapi bagiku, perasaan duka memang ada untuk dibagi. 

Selain kepada Tuhan untuk membanjir tangis, juga untuk mereka sesama penyintas. 

Supaya nggak merasa sendiri. Supaya perasaan duka ini patut untuk divalidasi.


Nggak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana rasanya kehilangan orang tua. 

Bagi kita para penyintas duka, saat sama-sama menelan rindu hanya bisa bertatap kemudian saling bergantian menangis dan menepuk.


Kami memahami dalam diam. Karena kami tau rasanya seperti apa tanpa bisa menggambarkannya dengan jelas.


***


Bapak, sudah satu setengah tahun lebih nggak ada.


Walaupun hubungan kita bukanlah ayah-anak yang sangat sweet dan manis, tapi bapak mengajarkan banyak hal kepadaku. 

Semangat dan perjuangan beliau begitu terasa, menular kepada anak-anaknya.


Dulu aku sebal kalau ada yang bilang bapak tua. Kayak mbah-mbah.

Aku malu ketika ada yang bertanya 'itu mbah kamu ya?'


Aku pasti buru-buru merengek pada ibu. Mengadu rasa maluku.


Kini, aku menyesal. 

Kenapa aku harus malu dan sebal?

Kenapa aku harus marah?


Padahal aku punya bapak yang hebat

Yang meski umurnya sudah sepuh tapi semangatnya jauhhhhhhhhhhh berlipat-lipat lebih besar daripada yang muda.


Seharusnya aku bangga! Bapakku memang tua, tapi punya banyak karya. 


Beliau seorang guru, kepala sekolah dan dosen. Beliau juga menulis buku, merintis beberapa sekolah dengan kawan-kawan beliau plus  seorang penceramah. Meski aku ngga tahu pasti kenapa akhirnya bapak memilih ujung karirnya sebagai PNS namun aku tahu sebagai pengawas, jalan yang beliau tempuh nggak jauh-jauh dari dunia pendidikan.


Beliau adalah sosok yang sangat mencintai ilmu. Buku-buku bapak banyak. Sampai tua pun hampir setiap hari beliau selalu membaca buku, meski buku-bukunya sudah tua dan bau usang.


Mungkin benar kata orang, tua muda itu cuma angka. Tapi mental dan kedewasaan nggak ada hubungannya dengan umur.

Selalu teringat pesan bapak "Obat dari ketidaktahuan adalah Ilmu Pengetahuan"

***

Pak, begitu berat hari-hari anak perempuan mu tanpa kehadiran sosok ayah di sisinya.

25 tahunku seperti diobrak-abrik oleh keadaan.

Setiap mengingat kematian bapak hatiku sangat sakitttttttt. Dada dan pikiranku sesak hingga tulang punggungku terasa begitu ngilu.

Tapi dengan mengingat kebaikan bapak, membagikan semangat bapak di semasa hidup terkadang membuatku tenang. 


Karena sampai kapanpun aku adalah anak perempuan bapak yang punya tanggung jawab untuk mendoakan, menyebarkan ilmu, dan bersedekah atas nama bapak.


Kelak jika ada seorang yang meminangku pertanyaan pertama yang akan selalu kutanyakan adalah 'bagaimana cara dia berbakti kepada orang tua ku dan ortunya.'


Jadi bapak tenang ya! Pokoknya aku berusaha banget sekuat tenaga  memanjangkan hal-hal baik yang dilakukan bapak.


Mudah-mudahan bapak dilapangkan kuburnya. Diampuni segala dosanya, ditempatkan di surga terbaik. Aamiin 🤲



***


Menulis dalam rangka Hari Ayah :')


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS