Menyaksikan Keranda Setelah 1 Tahun Kepergian Bapak

Saturday, September 3, 2022

Kemarin adik bapak meninggal dunia.

Sesungguhnya aku tidak cukup siap jika harus bertakziah.

Sudah satu tahun aku nggak pernah takziah bukan karena nggak mau, tapi nggak siap :')

Ada sesak di dada yang begitu besar, kadang bercampur marah.

Tapi apadaya, ini adek bapak, tidak mungkin jika tidak takziah.


Benar, lagi-lagi hati yang masih basah dengan luka ini kembali pecah


Dalam hati aku menangis


Ya Rabb

Begitu indah kematian ini disaksikan oleh keluarga, tetangga, saudara, kerabat, dan teman yang begitu menyayangi

Seluruh anak berkumpul dan mengangkat keranda

Ramai sekali orang-orang saling menguatkan keluarga yang ditinggalkan, bergantian mensalatkan, dan lisan yang tak henti mendoakan


Aku iri dan sesungguhnya tak sanggup menyaksikan semua ini


Aku tahu tidak ada kematian yang 'lebih mending'

Semua kematian adalah kepahitan tak terkira bagi siapapun yang ditinggalkan

Kematian menjadi luka menganga bagi siapapun yang kehilangan


Tapi ya Rabb dengan segala kekurangan diri dan kelemahan iman

Aku selalu merasa semuanya terlalu sulit untuk kupahami hingga hari ini


Mengapa aku harus merasakan kehilangan dalam situasi yang sangat menakutkan? 


Adik bapak yang lain kemarin bilang "anak-anak pak Ali pas nggak ada  nangis kabeh"


Ya Tuhan, bahkan air mata itu sudah kutahan-tahan.

Aku sudah menanggalkan perasaan sedihku demi terlihat kuat dan ikhlas


Bagaimana aku tidak menangis?


Aku harus sekuat tenaga menghibur diri sendiri, SENDIRI.


Tak ada satupun dari kami yang menyaksikan kematian beliau, aku bahkan tak tahu keranda bapak ku sendiri, cuma bisa nyolatkan sebentar itupun DIJALAN

Setelah itu?

Kami menutup rumah rapat-rapat, hingga hari ini . . .


Beberapa bulan setelah bapak nggak ada seorang teman berkunjung


"Hawanya beda ya Luk, keliatan masih sangat berduka"


Duka itu selalu ada, pintu yang dahulu selalu terbuka, kini tertutup rapat karena penghuninya-pemiliknya telah tiada


Kalau kata Ustaz Abdul Somad 'kehilangan itu akan hilang seiring berjalannya waktu HANYALAH omongan teori dari orang yang nggak pernah kehilangan'


Orang yang berduka itu hatinya sangat sensitif.


Inget dikit bisa nangis, inget dikit bisa sedih


"Tapi kok kayaknya si A, B, C biasa-biasa aja ya?"


Karena mereka memendamnya. Nggak semua orang bisa memahami kedukaan orang lain, sedangkan kedukaan itu perlu disaksikan.


Setelah bapak nggak ada, aku selalu senang dan tenang menulis tentang kedukaan.

Karena rasanya berat banget banget tapi nggak banyak orang bahkan penulis yang menuliskan hal ini :')

Sehingga orang-orang berduka dipaksa kuat, disuruh tidak berlarut-larut alih-alih mengobati dan validasi perasaan mereka.


Menurut studi, kedukaan adalah proses penyembuhan TRAUMA paling lama dibandingkan yang lain.


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS