Terlepas dari banyaknya pemberitaan, opini, sudut pandang terkait pandemi ini, ternyata ada hal yang jauh lebih bermakna untuk kita renungi. Paling tidak, untuk diriku sendiri.
yaitu, kepedulian kita terhadap sesama, kepekaan kita terhadap society, dan empati kita pada orang lain.
Dua hari ini aku dibuat emosi dengan sebuah kegiatan "administrasi" yang membuat ku Istighfar berkali-kali. Literally Istighfar, sangking nggak habis pikir, kokya masih ada orang-orang yang menyulitkan urusan orang lain ditengah pandemi seperti ini.
Tapi di hari ini pula, aku juga bertemu dengan seorang ibu-ibu yang dengan rendah hati mau membantuku. (semoga ibu ini Alloh jadikan anak-anaknya sukses, dan kelak suatu hari jika ibu ini mendapat kesulitan/musibah, Alloh mudahkan)
"Sebentar ya mba, saya selesaikan ini dulu nanti saya coba WA kan xxxx"
"Mba saya ambil kacamata keatas dulu ya, eh ndausah deh ini kayaknya xxxx cepat balasnya"
"Saya telfon xxxx nggak diangkat mba"
"Eh ini sudah dibalas mba...."
Ibu ini menyerahkan hp nya untuk menunjukkan balasan "xxx" (Daaan, balasan xxx ini sungguh membuatku tercengang, yang membuatku bikin Istighfar lagi) wkwk
Nggak membuahkan hasil memang, tapi kebaikan ibu ini membuatku belajar, orang baik akan selalu baik ditengah kondisi, situasi, dan keadaan apapun. Dan orang yang di dalam hatinya punya kesenangan untuk membantu, dia akan tetap berusaha membantu, meskipun itu kecil dan sedikit.
Dan ini semua membuat ku merenung disepanjang perjalanan.
Aku jadi teringat saat aku dan beberapa teman kajian memutuskan untuk menggalang donasi untuk kebutuhan APD diawal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.
Kita yang ibaratnya cuma 'panitia' dibuat terkejut oleh para 'donatur' yang Masyaa Alloh Masyaa Alloh Masyaa Alloh baik-baik banget sampe aku bener-bener terharu.
Ada seorang teman yang chat aku,
"Lui aku cuma bisa bantu segini tapi semoga bermanfaat ya"
"Lui aku boleh nggak ikut bantu share posternya?"
Ada juga beberapa teman kami yang donasi dengan jumlah yang tidak sedikit, bahkan ada seorang stranger entah dia siapa yang turut berdonasi lewat kami,
Nggak disangka-sangka memang,
ditengah keriuhan orang berbicara tentang Covid-19, ada orang yang dalam kesunyiannya justru fokus berpartisipasi untuk membantu.
Waktu kami membuka donasi untuk membantu fakir miskin terdampak Covid-19 pun lagi-lagi kita dibikin "Masyaa Alloh" oleh para donatur.
Jumlah yang kami kumpulkan mungkin memang tidak banyak, tapi Insyaa Alloh, kebaikan para donatur akan selalu aku ingat disepanjang hidupku, akan menjadi sebuah pembelajaran hidup untukku tentang "apa arti sedekah", "apa arti membantu sesama", dan kelak semoga kita bisa saling bersaksi di hadapan Alloh SWT, bahwa masih ada orang-orang dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang manusia, masih ada secuil kebaikan yang bisa ia bagi untuk sesama.
mudah-mudahan segala apa yang dikerjakan temen-temen panitia dan kebaikan para donatur Alloh Ridhoi, Alloh jadikan sebuah kebaikan berlipat. Aamiin
Perenungan ini akhirnya membuatku sedikit 'lunak' untuk tidak mendoakan yang buruk-buruk atas kezaliman segelintir orang yang bikin Istighfar tadi.
Hehe
Dan akhirnya, aku berkesimpulan,
Terlepas dari sudut pandang, opini, cerita, pemberitaan terkait pandemi ini, mungkin ini saatnya kita refleksi diri tentang 'status' kita sebagai seorang manusia.
Selama pandemi ini, kita menjadi manusia yang seperti apa sih? Apa saja yang sudah kita lakukan ?
Kita selama ini sibuk berteori,
Sampai-sampai lupa, sudah sejauh mana hati kita tergerak untuk peduli terhadap sesama? Untuk peka terhadap kesulitan-kesulitan orang lain? Untuk sedikit saja berempati terhadap orang-orang yang betul-betul berjuang ditengah pandemi ini.
Ingat, membantu tidak melulu tentang uang,
Ada banyak kebaikan yang bisa kita lakukan sebagai manusia, bukan?
Tidak perlu bertanya apa, karena aku dan kamu tentunya sudah lebih dari cukup untuk tahu, apaitu "berbuata baik"
Belajar dari sepotong kisah yang aku ceritakan diatas,
Sama-sama ditengah kondisi pandemi, ada si "xxx" yang memilih untuk tidak memudahkan urusanku, malah bales dengan jawaban yang nggak enak. Tapi disaat yang sama pula ada ibu-ibu yang memilih untuk tetap membantuku, meskipun hanya sekadar menjadi penjembatan pertanyaanku.
begitupun dengan kita.
Sama-sama ditengah pandemi, ada yang sibuk jalan-jalan ke mall, nongkrong, liburan (padahal belum dianjurkan) namun juga ada yang sekuat tenaga nahan bosen dan stress nggak jalan-jalan demi memutus tali penyebaran covid-19
Sama-sama ditengah pandemi, ada yang sibuk nyampah di media sosial tentang ABC, tapi disaat yang sama pula, ada orang-orang yang memutuskan untuk menjadi relawan, membantu galang donasi, sedekah harta, dan lain lain.
Sama-sama ditengah pandemi, ada yang sibuk share berita hoaxs, comot-comot berita tidak jelas dan di share kemana-mana, namun disaat yang sama pula ada orang-orang yang sekuat tenaga mencoba mengulas satu topik dengan narasi ilmiah , kritis dan berdasar
Sama-sama ditengah pandemi, ada yang sibuk bikin konten sampah dan pansos, namun disaat yang sama pula, ada orang-orang yang mikir keras gimana bikin konten-konten mendidik.
dan masih banyak lainnya,
Yang mana yang kita pilih?
Pada akhirnya,
Pandemi hari ini, akan menjadi cerita di kemudian hari.
Lantas,
Sejarah apa yang ingin kita tulis di masa depan nanti ? :)
Baikkah ? Atau justru sebaliknya? :')