Sarjana jadi Karyawan, Terus Kenapa ?

Monday, May 4, 2020

Entah apa yang membuat aku jadi rada ke-trigger tapi aku sedikit tidak nyaman (atau lebih tepatnya nggak setuju) dengan sebuah konsep berpikir entrepreneurship yang kadang suka 'membenturkan' konsep sarjana dengan karyawan seolah-olah 2 hal tersebut apabila bertemu maka itu adalah sesuatu yang buruk.

Sebenernya apa sih yang salah dengan keberadaan sarjana yang jadi karyawan ?
Nggak semua orang di dunia ini punya passion jadi pengusaha, nggak semua orang di dunia ini juga dikaruniai kemampuan dan kesempatan jadi pengusaha, dan atau memang ada juga orang yang memang cita-cita nya nggak jadi pengusaha.

Hidup ini terlalu sempit jika mengkotakkan sesuatu hanya dengan A dan B saja.

Dan terus terang, rada empet juga sama orang yang suka berfikir begini:
"Sarjana mau ngapain ? Paling jadi PNS. Paling jadi karyawan. Itu lo X, Y, Z, bos facebook juga nggak sarjana. Nggak sekolah tinggi juga bisa sukses"

Hehehe

Wait paman boboho! ☺

Situ usaha juga belon segedhe Mark Zuck2 (susah gaes nulisnya) tapi ampuunn ngomong nya gedhe banget ☺
Menganggap rendah orang lain, padahal apa yang disombongkan juga cuma sebiji anak nya anak nya anak nya anak anaknya bakteri dari yang Alloh miliki 😊

Coba mikir.

Sahabat Nabi 'sekolah' nya langsung lo dari Rasulullah, ilmunya udah dipastikan dari sumber TERBAIK. tapi apa semuanya jadi saudagar ? Apa semuanya kaya ? Apa semuanya jadi konglo kayak Abdurahman bin Auf/Utsman bin Affan ?
Nggak!
Bilal Bin Rabbah malah mantan budak. Abu Dzar Al-Ghiffari atau siapa ya itu aku lupa namanya bahkan disaat kematian nya sampe nggak punya kain yang cukup mengkafani jenazahnya.
Tapi hal tersebut nggak mengurangi sedikit pun kemuliaan mereka kan ?

Kenapa ? Karena ilmu dan 'sekolah' nggak melulu tentang harta dan popularitas 😊

Atau kita lihat deh sosok bu Muslimah. Guru SD nya Andrea Hirata.
Kerjanya juga jadi karyawan sekolah. Guru termasuk karyawan kan ? Wong Bu Muslimah bukan pemilik sekolah.

Tapi sukses nggak ? Sukses! Ketulusan beliau dalam mengajar bisa menghantarkan 'Ikal' menjadi salah satu penulis terbaik di Indonesia, yang karya-karya nya bahkan diakui dunia dan menginspirasi banyak orang :")

Brother and sister ...
Ada banyak sekali sendi-sendi kehidupan yang terkadang tidak melulu hitam dan putih
Sayangnya, kita kerapkali terjebak mengkotak-kotakkan segalanya.
Tentang sukses misalnya.

Duit penting sih, dikasi banyak juga mau dan nggak nolak ☺
Popularitas pun juga penting,
Bisa mendongkrak banyak pencapaian
tapi itu bukan satu-satunya ukuran kesuksesan kan ?

Gini lo, jadi apapun kita, yang penting tuh integritas.
Jujur, amanah, bekerja keras dan Lillahi taala.

Manusia itu punya sisi sosial. Simbiosis mutualisme. Semuanya saling butuh, saling memberi dan saling membantu.

Pengusaha butuh karyawan kan ? Karyawan butuh pengusaha
Guru butuh murid kan ?
Murid butuh guru
Pengrajin butuh konsumen kan ?
Konsumen butuh produk pengrajin

Nggak perlu merasa 'lebih baik' semuanya bisa jadi baik kalo bersama-sama

Pengusaha oke. Karyawan oke. Ibu rumah tangga oke. Petani oke. Buruh oke. Dokter oke. Semuanya oke.

Yang nggak oke cuma 1:  pandangan kita yang sempit 😊

Terakhir, perlu digaris bawahi, tulisan ini ditulis tidak mengharuskan anda untuk setuju. Karena lagi-lagi, ketidaksepakatan dalam satu topik, bisa jadi karena kita melihat topik tersebut dari 2 kacamata yang berbeda. Jadi enjoy kayak di pantai aja 😉 Xixix

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS