Perempuan Pendidik

Friday, April 10, 2020

Beberapa waktu lalu, aku ikut sebuah diskusi dan kajian online bertemakan perempuan.
Biasanya, kalo ada diskusi atau kajian dengan tema-tema perempuan andrenalinku untuk membrondong pertanyaan kepada narasumber sangat besar. Karena biasanya isu yang dibahas 'itu-itu aja' kayak misalnya perempuan bekerja vs perempuan IRT yang menurutku *mohon maaf udah sangat basi untuk diperdebatkan.
Tapi kemarin, ada 1 pernyataan dari narasumber diskusi yang menurutku menarik bangettt untuk kita renungkan sebagai seorang perempuan, terutama untuk kita para Muslimah (yang memiliki orientasi utama pada nilai-nilai Agama Islam)

Aku tidak terlalu ingat persisnya, namun kurang lebih narasumber ini memaparkan tentang fenomena kerisauan para ibu-ibu dalam mendidik anaknya ditengah pandemi ini. Konon beberapa ibu-ibu ini 'mengeluh' susahnya ngajarin anak :")
Tapi uniknya, nggak cuma mamak-mamak nya aja yang sambat, aku sempat baca pula (tapi lupa baca dimana, kalo misalnya salah mungkin nanti bisa dikoreksi ya) ada beberapa anak yang 'mengeluh juga' merasa ibunya 'ternyata' lebih galak dari gurunya, atau nggak se sabar gurunya atau ya mamaknya beda lah kayak gurunya.

So, timbulah pertanyaan 'why'

Lengkap sudah pikiranku terbawa melayang untuk merenungi banyak hal.
Kali ini aku sepakat, bahwa menjadi perempuan sekaligus ibu yang berdaya dan berkarya dengan lautan impian sah-sah saja untuk dilangitkan, tapi utamanya 'memutuskan menjadi seorang ibu' maka wajib hukumnya berdedikasi penuh menjadi pendidik terbaik untuk anak-anaknya.

Dan ternyata!! Mendidik anak tidak semudah itu, Mahmudah.
Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan, strategi, kecukupan ilmu, kreatifitas dan mungkin segudang skill-skill lainnya (yang ternyata akupun masih sangat minim pengetahuannya)

Sebagai perempuan muda yang belum menikah dan punya anak, Mari kita merenung sedikit.

Ketika kita memutuskan untuk menikah dan punya anak (nantinya), MAKA, kita punya PR dan tanggung jawab besar untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Termasuk mendidik mereka dengan pendidikan terbaik.

Dan well, sebenernya ini unek-unek ku sih. Kadang kita perempuan muda nih tabu banget soal beginian. Merasa bahwa belajar menjadi istri dan ibu itu nggak penting, nggak perlu, nanti aja, masih lama, dst. Padahal kalau dipikir-pikir sayang banget nggak sih ? Kalau kita masih muda, masih punya banyak pilihan dan kesempatan kenapa nggak mencoba untuk mempersiapkan ?
Sedihnya, kadang kita merasa "ah nanti juga bisa." Atau "gaperlu lah siap-siap, dah bisa kali" FAKTANYA membangun rumah tangga saja susah guys apalagi ngedidik anak :') emak bapak kita yang udah veteran jadi orang tua aja, aku yakin beliau-beliau juga masih belajar gimana cara menjadi orang tua yang baik :")

Its okay kalau kamu merasa belum siap untuk menikah atau punya anak, nggak papa. Tapi justru karena belum siap itu makanya perlu persiapan.
Serius deh. Aku nggak sepakat banget sama orang-orang yang bermudah-mudahan untuk ngejudge sharing diskusi parenting dan pra nikah disama artikan dengan kebelet nikah.
Nggak, beda ya! Kebelet nikah itu kalau status nya isinya galau mulu, nge kode mulu, pamer foto bareng die mulu ya kalo begitu, mungkin pantas disebut kebelet nikah.
Tapi kalau sifatnya belajar, ikut seminar pra nikah, ikut kajian parenting, it's good i think!
Karena ibarat mau UN, kalau pengen nilainya bagus ya belajarnya kudu serius, persiapannya kudu matang. Apalagi rumah tangga, apalagi ngedidik anak.
Karena kalo kita berumah tangga orientasi nya surga, kepengen punya anak keturunan macam Muhammad Al-Fatih ya mana bisa tanpa persiapan ? :))
Ya nggak ?

Jadi please, cukuplah fenomena kegalauan mamak-mamak dan anak-anak sekolah ditengah pandemi ini menjadi pembelajaran untuk kita, bahwa tidak ada salahnya buat kita yang muda-muda ini mencari tahu bagaimana pola pendidikan yang baik untuk anak-anak. Tidak ada yang tabu bila itu untuk mempersiapkan diri. Sepakat ?

Percayalah seorang anak yang hebat juga lahir dari rahim seorang ibu yang hebat.
Sebagaimana Maryam mencintai Isa, sebagaimana Asiyah berkasihsayang kepada Musa.

Jika memiliki anak seperti Muhammad Al Fatih adalah sebuah harapan, maka tidak ada alasan untuk tidak mempersiapkan. Semoga anak cucu keturunan kita bisa menjadi generasi terbaik, kelak menjadi pejuang bisyarah Rasulullah membebaskan Roma Barat, Insyaa Alloh :")

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS