Akhir 2018 lalu aku pernah menuliskan 1 pesan untuk diriku yaitu :
'Boleh megeluh, tapi jangan pernah menyerah! Berjuanglah hingga akhir, karena kamu tahu ?
Keberhasilan hanya bisa didapat dengan ikhtiar terbaik dan doa-doa yang tak pernah putus dipanjatkan'
Agaknya pesan ini tepat adanya.
2019 adalah fase dimana Alloh lagi-lagi mengujiku dengan banyak rasa sabar dan ikhlas dalam segala aspek kehidupan.
Kadang capek kadang sedih
Kadang kecewa kadang marah
Namun atas segala pengalaman dan proses bertumbuh di tahun ini, aku berterimakasih.
Terimakasi kepada Alloh SWT yang telah memberikan banyak nikmat, rahmat, dan kekuatan untuk tetap teguh berdiri melewati badai ujian, terimakasih yaa Rabb.
Terimakasih untuk diriku sendiri atas segala usahamu untuk kuat, sabar, untuk ikhlas dari segala perasaan sedih dan kecewa terhadap apapun dan siapapun. Meski dalam proses nya kamu nggak bisa sempurna, its ok. Kamu tetaplah manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kamu punya.
2019,
Terimakasih sudah menjadi teman bersama untuk belajar dan bertumbuh ☺
Menyongsong 2020, tak banyak yang kuminta kepada sang Maha Pemberi Kehidupan.
Aku hanya minta, Kalau nanti di fase kehidupan selanjutnya dalam mencari rizki, agaknya tidak terasa mudah, maka semoga Alloh berkenan meluaskan sabar dan ikhlasku dengan samudera sabar dan ikhlas yang lebih luas lagi, dan apabila proses mencari rizki diberikan kemudahan, maka semoga Alloh berikan rasa syukur berkali lipat dan Alloh tidak jadikan masalah rizki sebagai ujian.
Yang kedua, aku memohon kepada Alloh agar meng Istiqamahkan diriku pada jalan kebaikan, jadikan aku hamba yang jauh lebih taat, lebih mencintai Mu dan Rasul-Mu ketimbang hal-hal duniawi lainnya.
Jadikan aku hamba yang jauh lebih mementingkan urusan akhirat ketimbang mengejar dunia yang nggak ada habisnya, jauhkan dari sifat Al-Wahn dan pertemukan aku dengan orang-orang yang memiliki frekuensi yang sama tentang tujuan akhirat serta Lembutkan lah hatiku untuk senantiasa ringan menerima hidayah-Mu dan berbakti kepada kedua orang tua.
Aamiin 💚
Untuk 2019 dan 2020
Tuesday, December 31, 2019
Sunday, December 22, 2019
Waktu posting ini, ada banyak sekali yang izin buat nge repost, gabanyak sih, tapi ada lah ya beberapa. wkwk, terus beberapa temen yang repost diminta izin juga buat repost lagi sama temen-temen mereka. Alhamdulillah, selalu senang dan bersyukur kalau tulisan ku yang masih banyak kurangnya ini bisa diapresiasi dengan baik oleh orang-orang sekitar :') terimakasih :')
Sejujurnya dengan adanya beberapa orang yang izin me-repost tulisanku ini, aku jadi berpikir "mungkin ini adalah keresahan banyak orang"
Dan mungkin memang iya.
Dan mungkin memang iya.
Well, melalui tulisan ini aku ingin menyampaikan sebuah pesan dari hati untuk siapapapun orang diluar sana yang fikiran dan nurani nya masih berfungsi, pun kepada diriku sendiri
Saturday, November 30, 2019
Dua hari yang lalu, aku bertemu dengan seorang anak tunanetra. Belakangan aku baru tahu, ternyata dia tidak hanya tunanetra, tapi juga tunagrahita.
Anak ini kelas 8 SMP. Kalau dilihat dari tingkat sekolahnya, artinya mereka adalah anak-anak yang beranjak tumbuh remaja dan masih sangaaat muda.
Suatu kali sang guru anak ini bertanya, "itu isi speaker kamu apa aja ?"
Kemudian sang murid menjawab, "Macam-macam pak ada lagu jawa, ada karawitan, pengajian juga ada."
Oh, God.
Temanku yang saat itu sedang bersamaku, tak kuasa menitikkan air mata.
Akupun berusaha untuk tidak menangis, meski rasanya sangat sulit membendung air mata ini.
Bahkan saat menulis cerita ini kembali, mataku masih saja berair.
Hari itu aku tertampar.
Mereka yang punya kekurangan saja masih punya semangat untuk belajar Agama, masih punya koleksi 'pengajian' di hp nya,
Lantas, aku ini bagaimana ?
Masih sering males, hp kebanyakan nonton youtube yang sifatnya hiburan aja, bahkan kalau dipikir-pikir, aku ini nggak pernah bersyukur atas kelengkapan indera yang kumiliki.
Hari itu aku tertampar.
Mungkin mereka tidak dapat melihat indahnya dunia ini,
Tapi sejatinya mereka tenang, karena kelak di akhirat, mereka yang paling ringan hisabnya atas penglihatan mereka yang tidak pernah mereka gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Mungkin mereka tidak dapat menikmati warna-warni, gelap dan terangnya dunia ini, tapi hati mereka sejatinya jauh lebih bersinar, karena ditengah keterbatasan, mereka masih sempatkan waktu untuk mendengar ajaran-ajaran-Nya.
Hari itu aku tertampar.
Menjadi sempurna tak kurang satu apapun seperti kita memang 'menyenangkan' tapi sayang, kita ini syukurnya kurang.
Memiliki fisik sempurna adalah rezeki, tapi nanti Alloh akan mintai pertanggungjawaban setiap indera pada diri ini.
Hari itu aku tertampar.
Maka pantaslah dunia ini adalah tempat untuk ber lomba menjadi yang terbaik di hadapan-Nya
Karena sempurna atau tak sempurna, semua terukur dari Taqwa, di hadapan Rabb-Nya
Karena sempurna atau tak sempurna, semua terukur dari Taqwa, di hadapan Rabb-Nya
Friday, October 25, 2019
Setiap orang pasti punya fase dimana ia mulai gelisah tentang hidupnya.
Entah itu karir, cita-cita, materi, sekolah, dsb.
Tidak kupungkiri, akupun pernah mengalaminya.
Mulai dari perkara kelulusan kuliah, sampai menikah.
2017, satu persatu teman-temanku D3 zaman sekolah mulai sidang dan wisuda.
2018, teman-teman S1 ku zaman sekolah pun mulai sidang dan wisuda juga.
2019, Beberapa teman-teman angkatan di kuliah juga udah mulai sidang bahkan juga ada yang sudah wisuda.
Belum lagi, diantara fase-fase tersebut semakin banyak teman-teman yang menikah, punya anak, studi lanjut S2, bekerja dan punya pengasilan sendiri.
Sedangkan aku, di usia yang sama dengan mereka, belum ada yang bisa aku raih.
Lulus kuliah belum, bekerja dan punya penghasilan juga belum, menikah apalagi punya anak pun juga belum.
Jangan ditanya berapa kali aku merasa resah dan gelisah. Sering, berkali-kali.
Kadang, aku merasa usia ku sudah terlalu terlambat untuk meraih cita-citaku yang lain, rasa-rasanya seluruh fase kehidupan ku tidak sesuai rencana, mundur, dan meleset jauh.
Sampai akhirnya aku menyadari sesuatu,
Ketika aku belum lulus kuliah, belum kerja dan berpenghasilan sendiri, justru Alloh kasih kesempatan untukku belajar tentang konsep "rezeki" yang pada akhirnya, sangaaattt sangaatt mengubah pola pikirku.
Dulu, aku selalu berpikir bahwa setelah aku lulus kuliah, aku harus kerja di perusahaan yang keren, yang bisa menunjang kesuksesan karirku, dan lain sebagainya, sampai akhirnya Alloh kasih kesempatan aku dateng ke satu kajian dan bertemu dengan seorang Ustadz yang menjelaskan tentang konsep rizki, yang Masyaa Alloh banget! Blas, rasanya semua preferensi ku berubah. Berubah total!
Sekarang mikirnya udah jadi lebih luas, lebih legowo, dan malah minta Alloh saja yang memilihkan, dimanapun tempatnya, aku hanya memohon kepada Alloh 2 hal: dipertemukan dengan lingkungan yang baik, dan tempat tersebut nggak bikin aku jadi jauh sama Alloh.
Ya syukur-syukur tempatnya sesuai impian, lingkungan nya baik, kerjaannya bikin nyaman, gajinya berkah melimpah, hehe. Amiin. *semua orang juga mau kali Luk :") wkwk
Tapi yakan balik lagi, Tawakkal sama Alloh, berserah diri kepada-Nya.
Yang penting jangan sampe kerja kayak kuda gada berkah-berkahnya :((
Aku teringat seorang pernah berkata, Jangan letakkan uang (materi) itu di dalam hati, namun letakkan harta itu ditangan.
Aku memaknai nasihat ini, kalau harta ditaruk di hati, kita akan menganggap harta itu segalanya, akan susah buat mengeluarkannya, dan kalo kehilangan pasti rasanya akan sakit sekali. Tapi kalo harta diletakkan di tangan, Insyaa Alloh kalopun kita kehilangan, kita tidak akan begitu kecewa, dan ini menjadi sebuah nasihat agar kita mudah bersedekah.
Secara garis besar, aku memahami konsep rezeki itu ada 2:
Kalau ibu bilang, Kalau banyak bermanfaat, kalau sedikit merasa cukup.
Kalau Ustadz Andre bilang, rezeki itu kalo banyak tidak jadi bahaya, kalau sedikit rasanya cukup.
Deep. and i will try to always remember :")
Begitupun dengan pernikahan.
Mungkin dulu ada kali ya hawa nafsu membara ingin cepet-cepet menikah, karena terpapar informasi bahwa menikah muda akan hidup enak nikmat seperti princess, tapi ternyataa, Alloh belum pertemukan jodohnya juga. Hhihi
Tapi ya nggak papa, malah akhirnya, ketemu sama banyak Ustadz, dan orang-orang inspiratif yang banyak banget ngasih nasihat tentang pernikahan.
Jadi nggak ada tuh yang namanya galau-galau kebelet nikah, bener-bener sekarang malah lagi semangat-semangat nya memperbanyak ilmu (ilmu yang lurus ya, bukan buat baper-baperan apalagi membuat bucin)
Kayak misalnya di dalam bukunya mbak Apik itu dijelaskan bagaimana laki-laki dan perempuan tuh punya pandangan terhadap sesuatu yang istimewa itu berbeda, atau dalam tulisan mas Gun yang bilang bahwa sebelum menikah, kita tuh harus tahu value apa yang penting untuk diri kita yang harus ditanyakan kepada pasangan dan itu HARUS sudah beres sebelum menikah. Atau nasihat Ustadz Ransi tentang betapa pentingnya dalam rumah tangga untuk fokus memberi dan bukan menuntut hak.
Terdengar remeh memang, tapi mungkin ketika aku nggak belajar, nggak membaca buku mbak Apik, nggak baca IG nya mas Gun, nggak ndengerin kajian Ustadz Ransi, aku nggak akan pernah tahu :")
Dan semua pembelajaran ini, aku dapatkan justru disaat aku terhimpit rasa gelisah, disaat semua target hidup tidak berjalan sesuai rencana, tapi Alloh berikan obat dengan sebuah kesempatan belajar dan muhasabah diri seluas-luasnya.
Guys, Kita tuh masih punyak banyak sekali waktu dan kesempatan buat menyiapkan segalanya. Kalo sekarang kita belum sidang, belum wisuda, nggak papa, kita punya kesempatan buat mikir rencana kedepan mau ngapain. Ketika kita belum kerja, masih proses mencari kerja, nggak papa, setidaknya saat ini kita punya lebih banyak waktu luang, punya banyak waktu untuk memikirkan dan mencari tahu hal apa yang bener-bener pengen kita kerjakan nantinya. Kalo kita belum nikah dan punya anak, nggak papa, kita punya kesempatan seluas-luasnya untuk berdoa sama Alloh, minta dipertemukan sama jodoh terbaik, punya banyak waktu, kesempatan, buat belajar, nambah ilmu, nyari tahu soal pernikahan, menyiapkan diri, berbenah. kita punya kesempatan itu. Kita masih punya banyak pilihan, dan kita bisa menabung Doa, terus mengetuk pintu-pintu langit dengan cara terbaik
Jadi nggak papa kalo banyak target hidup mu yang tak sesuai rencana,
You have a lot of chance to learn.
Kita punya banyak banget kesempatan untuk belajar, nyari tahu, bertaubat, ikhtiar dengan ikhtiar terbaik sampai nge-pepet Alloh dengan Doa-doa.
Kita punya banyak banget kesempatan untuk belajar, nyari tahu, bertaubat, ikhtiar dengan ikhtiar terbaik sampai nge-pepet Alloh dengan Doa-doa.
Selalu ada hikmah yang Alloh beri disetiap peristiwa.
Resah, sedih, kecewa atas harapan dan Doa yang belum Alloh beri, boleh-boleh saja, tapi sebentar aja ya. Baik kiranya kita lebih memperbanyak sabar, karena ada buanyak sekali nikmat yang Alloh kasih yang seharusnya menjadi fokus kita untuk bersyukur.
Untuk siapapun yang hari ini sedang merasa gelisah dengan hidupnya, semoga Alloh berikan ketenangan batin untukmu, dan segera Alloh berikan jawaban atas segala keresahan hatimu. Aamiin, Amiin Yaa Rabbal Alamin.
Tetep semangat berjuang, dan jangan capek berdoa ya! :))
Friday, August 2, 2019
Bagi orang sepertiku, memaafkan merupakan pekerjaan sulit yang membutuhkan extra kerja keras.
Meskipun tampak mudah bergaul dengan banyak orang, mudah tertawa dan suka bercanda, tapi aku tipikal orang yang nggak bisa dibuat kecewa.
Nggak terima kalau ada yang bohong disaat aku memberi kepercayaan sepenuhnya,
nggak terima kalau perlakuan baik ku dibalas dengan sikap yang menyakiti
nggak terima kalau disaat aku susah, orang yang aku anggap teman baik, teman dekat malah gak peduli
pokoknya nggak terima orang yang aku anggap baik dan aku percaya banget bikin kecewa.
pokoknya nggak terima orang yang aku anggap baik dan aku percaya banget bikin kecewa.
Sampai pada akhirnya aku mulai merenungi banyak hal.
Bahkan sampai pada pemikiran "Oh mungkin kalau aku sakit hati sekarang, di masa lalu, aku juga pernah nyakitin orang lain.
"Oh mungkin kalau aku dijahatin sama orang, dulu aku juga pernah jahat sama orang."
Aku berusaha untuk tidak menyalahkan orang lain, lebih baik aku intropeksi diri ku sendiri
Aku mencoba berkaca, bahwa akupun pernah salah dan nggak sempurna, lantas bukankah orang lain juga demikian ?
Sekuat tenaga aku berusaha belajar memaafkan.
Ada salah satu ceramah Ustadz yang mengatakan bahwa salah satu tanda amalan diterima adalah hatinya penuh cinta. Dan salah satu bentuk nya adalah cinta kepada sesama makhluk, seperti ringan memaafkan (Ini link kajian nya)
Lagi-lagi aku dibuat beripikir.
"Ya Alloh, aku juga ingin menjadi salah satu hamba yang amalan nya Engkau terima"
Dan . .
Suatu hari . .
Hatiku tergerak buat contac salah satu teman yang udah 5 tahun kita putus silaturrahmi.
(intinya)
"X, kapan balik Solo ? Kalau balik Solo kabarin ya, pengen menjalin silaturrahmi kembali."
Walopun belum ketemu juga karena belum dikabarin, tapi aku cukup seneng sih. Ternyata aku bisa kok. Haha
Padahal aku adalah tipikal orang yang sekali dikecewain, selanjutnya bye. aku tak peduli
wkwk (gaboleh ditiru yaa)
Sebenernya salah satu alasan kenapa aku susah banget maafin orang adalah, karena orang-orang yang bikin aku kecewa ini nggak pernah berusaha minta maaf dengan serius.
mereka justru lari, menganggap tidak terjadi apa-apa dan berharap waktu akan melenyapkan segalanya.
Dan aku nggak bisa terima itu, kenapa ?
Karena aku bukan orang yang kayak gitu. Which is "aku salah, aku akan dengan senang hati minta maaf"
Ya kalo nggak ngrasa salah ogah sih minta maaf. wkwk #teteupya
Jadi, karena aku bukan orang yang gengsi-gengsi amat buat minta maaf ketika aku salah, ketika ada orang lain salah sama aku kok gamau minta maaf ya mohon maaf aku tidak ingin diperlakukan demikian.
Yaa kecuali kalo salahnya remeh-remeh mah aku juga nggak sejahat itu buat gamau maafin.
"kecewa" itu tadi loo point nya.
dan aku sadar sih, kekecewaan itu bermula karena kita yang "terlalu" berekspektasi dengan orang lain. Entah itu terlalu percaya, entah itu terlalu memberi penilaian dirinya baik.
Maka pantas lah, jika kepercayaan yang lebih itu disandarkan hanya pada Alloh taala saja.
Karena Alloh nggak akan bikin kecewa,
Manusia kerjaan nya bikin kecewa, saqiit shaay
Intinya,
Melalui tulisan ini aku ingin bercerita tentang diriku sendiri.
Bukan untuk menjelaskan kepada siapapun, karena aku yakin kalian pun tidak akan peduli.
Yaa sekadar menumpahkan isi kepala saja. wkwk
Aku ini manusia biasa.
nggak sempurna, dan mungkin masih jauh dari baik
Bagiku, menjadi perempuan yang hatinya lapang penuh maaf itu pekerjaan sulit.
Bukan karena aku tidak mau, tapi mungkin rasa kecewaku kadang terlalu besar
Aku bukan orang yang nggak bisa memaafkan kok. Kadang mungkin perlu waktu, meski mungkin tidak sebentar
Akupun menyadari bahwa memafkan sebenarnya berdamai dengan diriku sendiri
Tapi balik lagi, inilah ketidaksempurnaan diriku :')
Bukan aku nggak berusaha, tapi biarlah usaha ini aku dan Alloh saja yang tahu.
Jadi teruntuk kamu, dan siapapun temanku diluar sana yang mungkin hubungan kita kurang baik,
Bukan aku tidak mau memaafkan. Tapi bukankah kamu tahu "kekurangan" ku ini ?
Lantas mengapa, kaupun lebih suka menenggelamkan waktu dan menjadikan kekuranganku ini sebagai alasan ?
:)
"Oh mungkin kalau aku dijahatin sama orang, dulu aku juga pernah jahat sama orang."
Aku berusaha untuk tidak menyalahkan orang lain, lebih baik aku intropeksi diri ku sendiri
Aku mencoba berkaca, bahwa akupun pernah salah dan nggak sempurna, lantas bukankah orang lain juga demikian ?
Sekuat tenaga aku berusaha belajar memaafkan.
Ada salah satu ceramah Ustadz yang mengatakan bahwa salah satu tanda amalan diterima adalah hatinya penuh cinta. Dan salah satu bentuk nya adalah cinta kepada sesama makhluk, seperti ringan memaafkan (Ini link kajian nya)
Lagi-lagi aku dibuat beripikir.
"Ya Alloh, aku juga ingin menjadi salah satu hamba yang amalan nya Engkau terima"
Dan . .
Suatu hari . .
Hatiku tergerak buat contac salah satu teman yang udah 5 tahun kita putus silaturrahmi.
(intinya)
"X, kapan balik Solo ? Kalau balik Solo kabarin ya, pengen menjalin silaturrahmi kembali."
Walopun belum ketemu juga karena belum dikabarin, tapi aku cukup seneng sih. Ternyata aku bisa kok. Haha
Padahal aku adalah tipikal orang yang sekali dikecewain, selanjutnya bye. aku tak peduli
wkwk (gaboleh ditiru yaa)
Sebenernya salah satu alasan kenapa aku susah banget maafin orang adalah, karena orang-orang yang bikin aku kecewa ini nggak pernah berusaha minta maaf dengan serius.
mereka justru lari, menganggap tidak terjadi apa-apa dan berharap waktu akan melenyapkan segalanya.
Dan aku nggak bisa terima itu, kenapa ?
Karena aku bukan orang yang kayak gitu. Which is "aku salah, aku akan dengan senang hati minta maaf"
Ya kalo nggak ngrasa salah ogah sih minta maaf. wkwk #teteupya
Jadi, karena aku bukan orang yang gengsi-gengsi amat buat minta maaf ketika aku salah, ketika ada orang lain salah sama aku kok gamau minta maaf ya mohon maaf aku tidak ingin diperlakukan demikian.
Yaa kecuali kalo salahnya remeh-remeh mah aku juga nggak sejahat itu buat gamau maafin.
"kecewa" itu tadi loo point nya.
dan aku sadar sih, kekecewaan itu bermula karena kita yang "terlalu" berekspektasi dengan orang lain. Entah itu terlalu percaya, entah itu terlalu memberi penilaian dirinya baik.
Maka pantas lah, jika kepercayaan yang lebih itu disandarkan hanya pada Alloh taala saja.
Karena Alloh nggak akan bikin kecewa,
Manusia kerjaan nya bikin kecewa, saqiit shaay
Intinya,
Melalui tulisan ini aku ingin bercerita tentang diriku sendiri.
Bukan untuk menjelaskan kepada siapapun, karena aku yakin kalian pun tidak akan peduli.
Yaa sekadar menumpahkan isi kepala saja. wkwk
Aku ini manusia biasa.
nggak sempurna, dan mungkin masih jauh dari baik
Bagiku, menjadi perempuan yang hatinya lapang penuh maaf itu pekerjaan sulit.
Bukan karena aku tidak mau, tapi mungkin rasa kecewaku kadang terlalu besar
Aku bukan orang yang nggak bisa memaafkan kok. Kadang mungkin perlu waktu, meski mungkin tidak sebentar
Akupun menyadari bahwa memafkan sebenarnya berdamai dengan diriku sendiri
Tapi balik lagi, inilah ketidaksempurnaan diriku :')
Bukan aku nggak berusaha, tapi biarlah usaha ini aku dan Alloh saja yang tahu.
Jadi teruntuk kamu, dan siapapun temanku diluar sana yang mungkin hubungan kita kurang baik,
Bukan aku tidak mau memaafkan. Tapi bukankah kamu tahu "kekurangan" ku ini ?
Lantas mengapa, kaupun lebih suka menenggelamkan waktu dan menjadikan kekuranganku ini sebagai alasan ?
:)
Monday, July 22, 2019
Kemarin sempet rada-rada heboh tentang makanan babi dan pernyataan seorang pemilik resto babi di Jakarta. Aku nggak mau bahas itu si, tapi lebih pengen sedikit memberikan pandangan, kenapa sih makanan Halal itu penting banget buat Muslim ? (Ini opini pribadi ya, subjektif)
Aku teringat. Ramadan kemarin, aku sama ibu aku pergi ke salah satu mall di Solo. Sewaktu pulang, aku sama ibu pengen beli roti di br*******
Waktu itu aku santai aja sih, soanya kita juga sering kok beli disana.
Tapi ibu aku bilang "Halal nggak ini rotinya, tanya sek"
"Halah halal mosok nggak halal ?"
Akhirnya aku nanya
Jujur aku rada kagok. Malah kesrimpet-srimpet nanya nya. Mikirnya ini kan di Indonesia, di Solo pula. Yang beli yang berhijab banyak, masak kalo nggak halal nggak dikasi tau.
Tapi karena disuruh ibu, jadi oke baik, akupun nanya
'Mba itu rotinya halal ?'
'Oh iya mba halal'
Alhamdulillah. Wkwk
Mungkin terkesan kek rada lebay, tapi aseliiikkk rasanya legaaa banget :")
Terus pas kapan gitu aku cerita sama salah satu temen.
Pakek bercanda.
'Kemarin aku ke br******* sama ibu aku, masak aku disuruh nanya halal apa nggak. Ya bagus sih, tapi wkwkwk . . .'
'Wkwk. Ih ya gapapa. Mamaku sering juga kok nanya gitu'
DEG.
"Oh ya ?"
Beberapa saat setelah itu aku merenung.
Ya Alloh, segini nya loo orang tua kita ngejagain kita supaya makanan yang kita makan, yang masuk ke mulut kita adalah makanan halal, makanan yang baik yang di ridhoi Alloh, la apa kabar kita yang kadang suka nongki-nongki sembarangan jajan sembarangan yang kadang kita ragu sama kehalalan nya tapi tetep aja dimakan :((
Kemudian aku intropeksi diri.
'Duh apa karena banyak makanan yang gak halal yang masuk ke mulutku, ditambah dosa yang segunung-gunung ini yang bikin doa-doa ku ndak dikabulin Alloh ya ..."
Mari berpikir, "kenapa makanan halal itu penting?"
Pertama, Alloh memberikan aturan itu pasti akan selalu ada alasannya. Selalu ada hikhmah yang baik untuk ummatnya. Misalnya, kita tahu secara ilmiah kenapa kita ndak boleh makan A, B, C, dari sisi kesehatan, dll
Kedua, Salah satu faktor terkabulnya Doa adalah makanan yang kita makan haruslah makanan yang halal.
Ini yang paling bikin mikir sihhhh.
Dan makanan nggak halal itu gacuma *mohon maaf babi, anjing, tapi ada banyak.
Dari cara mendapatkan nya, tempatnya, bahkan 'pemberian dari siapa' setahuku juga ada aturannya.
Selain itu, Alloh juga memerintahkan meninggalkan hal-hal yang bersifat syubhat (samar/rancu)
Sangking Alloh ngejaga banget nih, bahkan tata cara penyembelihan hewan saja ada aturannya. Seperti wajib menyebut nama Alloh dan dilarang menyebut nama selain Alloh (mungkin bisa dikoreksi kalo salah yaa)
Dan lain sebagainya . .
So, ketika ada manusia bilang 'makan itu hak asasi. Halal haram urusan mu dengan Tuhan'
Aku menghela nafas.
Ada banyak kebaikan yang bisa kita petik dari aturan-aturan yang Alloh kasih. Tapi kokya susah bener mau nurut.
Lagian, berapa sih yang Alloh larang dibandingkan yang diperbolehkan ?
Mari merenung (lagi):)
Btw aku juga punya temen yang dulu pernah beli salah satu bakpia di Solo. Dia gatau itu haram. Pas ke-2 kali kesana penjual nya bilang "mbak maaf yang lain aja ya. Yang ini nggak halal."
Disitu temenku kaget 'Loh mbak dulu aku pernah beli disini kok nggak dikasi tau kalo nggak halal'
Disinilah aku belajar, ternyata mengandalkan visual ketika 'itu yang berhijab makan disana kok' itu ndak cukup :" apalagi yang hanya katanya katanya.
Lebih hati-hati dan extra hati-hati dan berusaha menanamkan ke diri buat ndak malu nanya 'ini halal ndak ?' ke hal-hal yang sifatnya syubhat. Gacuma nanya, kadang godaannya adalah 'kepengen'
Apalagi makanan hits dan unik. Tapi halal haramnya kita nggak tahu atau ragu-ragu.
Godaan emang :(
Susah sih, tapi mudah-mudahan kita bisa yaa lebih berhati-hati, lebih kenceng iman, dan lebih yakin sama aturan-Nya Alloh. Aamiin 💪😇
Memastikan makanan yang halal masuk ke dalam tubuh kita, bukan lagi soal hak asasi manusia.
Kita orang beriman pasti mikir nggak cuma soal kenyang dan enak. Tapi berkah, keberkahan lah yang menjadikan nya nikmat, dan nanti nya Alloh yang bakal kasih banyak kebaikan di dalamnya. 😉
Monday, July 15, 2019
Draft tulisan ini sebenarnya sudah ada sejak awal bulan ini, sayangnya tulisannya mangkrak dan baru kelar hari ini karena masih ada tugas negara lain yang harus dikerjakan #halah ._.
wkwk
Pengen cerita sedikit tentang satu hal yang sebenernya ingin aku ungkapkan, tapi kalo secara langsung kok kayaknya ndak bisa :' ndak enak ajaa gitu (kecuali kalo udah baca tulisan ini pen ngobrol-ngobrol lagi boleee bangett)
Akhirnya aku putuskan untuk menuliskannya saja di blog, supaya mungkin jika ada pertanyaan yang sama atau pemikiran orang lain tentang diri ku yang ndak peka buat ngajakin kajian bisa terjawab disini ya :)
Bismillahirrahmanirrahim . .
Waktu itu aku berencana meetup dengan seorang teman lama. Tapi aku bilang "Hari Rabu ada X (pembicara kajian). abis itu po (meetupnya) ?"
wkwk
Pengen cerita sedikit tentang satu hal yang sebenernya ingin aku ungkapkan, tapi kalo secara langsung kok kayaknya ndak bisa :' ndak enak ajaa gitu (kecuali kalo udah baca tulisan ini pen ngobrol-ngobrol lagi boleee bangett)
Akhirnya aku putuskan untuk menuliskannya saja di blog, supaya mungkin jika ada pertanyaan yang sama atau pemikiran orang lain tentang diri ku yang ndak peka buat ngajakin kajian bisa terjawab disini ya :)
Bismillahirrahmanirrahim . .
Waktu itu aku berencana meetup dengan seorang teman lama. Tapi aku bilang "Hari Rabu ada X (pembicara kajian). abis itu po (meetupnya) ?"
Kemudian temanku ini bilang,
"koe ra meh ngejak aku to (kajian) ?"
and i said "Yo ayoo to"
seneng banget kalo ada temen yang pengen diajakin kajian, dan malah makin seneng lagi kalo diajakin :')
Sebenenernya nih, kalau ditanya pengen apa nggak ngajak temen-temen datang ke kajian, ya pasti pengen banget :')
Tapi kan nggak semua orang benar-benar siap, belum tentu semua orang hatinya sudah tergerak buat datang kajian. Aku nggak mau kalo aku ngajak terkesan memaksa atau mengajaknya dengan cara yang kurang baik sehingga malah menjauhkan dari hidayah :"
aku hanya tidak ingin kekuranganku jadi merepresentasikan orang-orang yang dateng ke kajian tuh kurang baik gitu :(
gimana ya, ndak tahu kenapa rasanya nggak enak gitu kalo ajak-ajak. ngepol-ngepol aku hanya share pamflet di status atau group itupun group alumni atau kajian online yang kajian nya kita sendiri yang ngadain.
pernah suatu hari mama nya temenku reply story ku dan bilang "Mba Lulu, X diajak yaa datang ke kajian"
"Hehe iyaa tante Insyaa Alloh"
Dua kali aku di reply sama mama nya temenku aku nggak enak banget :(
akhirnya aku bilang "Duh tante, maaf saya tuh kadang malu. hehe"
"Loh, kenapa malu mba Lulu. kalo ngajak kebaikan itu gaboleh malu, kalo ngajak keburukan itu baru malu."
Jleb.
iya sih.
Tapi . .
Tapi nggak enak :(
Takut nggak berkenan di hati,
aku bener-bener segen kalo ngajak-ngajak kajian gitu, kecuali emang temen deket banget dan mereka yang memang sudah ikut kajian-kajian gitu.
seneng banget kalo ada temen yang pengen diajakin kajian, dan malah makin seneng lagi kalo diajakin :')
Sebenenernya nih, kalau ditanya pengen apa nggak ngajak temen-temen datang ke kajian, ya pasti pengen banget :')
Tapi kan nggak semua orang benar-benar siap, belum tentu semua orang hatinya sudah tergerak buat datang kajian. Aku nggak mau kalo aku ngajak terkesan memaksa atau mengajaknya dengan cara yang kurang baik sehingga malah menjauhkan dari hidayah :"
aku hanya tidak ingin kekuranganku jadi merepresentasikan orang-orang yang dateng ke kajian tuh kurang baik gitu :(
gimana ya, ndak tahu kenapa rasanya nggak enak gitu kalo ajak-ajak. ngepol-ngepol aku hanya share pamflet di status atau group itupun group alumni atau kajian online yang kajian nya kita sendiri yang ngadain.
pernah suatu hari mama nya temenku reply story ku dan bilang "Mba Lulu, X diajak yaa datang ke kajian"
"Hehe iyaa tante Insyaa Alloh"
Dua kali aku di reply sama mama nya temenku aku nggak enak banget :(
akhirnya aku bilang "Duh tante, maaf saya tuh kadang malu. hehe"
"Loh, kenapa malu mba Lulu. kalo ngajak kebaikan itu gaboleh malu, kalo ngajak keburukan itu baru malu."
Jleb.
iya sih.
Tapi . .
Tapi nggak enak :(
Takut nggak berkenan di hati,
aku bener-bener segen kalo ngajak-ngajak kajian gitu, kecuali emang temen deket banget dan mereka yang memang sudah ikut kajian-kajian gitu.
Bukan karena aku/kita merasa sudah baik ya, tapi karena akupun menghindari hal-hal yang bikin kurang berkenan gitu. Bukan juga gamau ngajakin kebaikan, tapi lebih takut salah strategi, takutnya hawa nafsu yang maju dan malah jadi ndak lurus niatnya. Banyak pertimbangan intinya.
Pak Ustadz pernah bilang, gimana sih cara ngajakin temen biar apaya istilahnya 'jadi baik bersama gitu kali ya, atau mudahnya hijrah' adalah dengan akhlaq. Dengan menunjukkan akhlaq yang baik.
Jadi ya aku lebih kepada begini "kalau akhlaq ku sudah cukup baik, pasti nanti Alloh kok yang menggerakkan hati orang lain buat ikut datang ke kajian. Kalo belum, ya berarti aku belum jadi perantara yang baik, akhlaq ku masih banyak nggak benernya" hhuhu :'
Jadi temen-temen kalo misalnya nih ada yang rada-rada ngode ke aku buat mau join kajian, atau nanya, atau gimana gitu tapi aku hanya sekadar menjawab pertanyaan temen-temen saja dan tidak berusaha membalas dengan ajakan (ikut kajian), jangan mikir aneh-aneh ya. jangan ngira 'ih parah banget masak nggak ngajakin'
bukan gitu, bukan nggak mau ngajak kebaikan, bukaaan tapi sekali lagi, aku tu pengen orang tergerak datang ke kajian bukan karena aku ajak tapi karena mereka mungkin melihat akhlaq ku atau ada sedikit kebaikan yang mereka lihat dari diriku sehingga mereka dengan sendiri nya tergerak hatinya buat datang.
Lewat tulisan ini aku hanya ingin sedikit menjelaskan bahwa aku akan sangat senang kalau temen-temen bisa ikut join juga, tapi punteeen sekali kalo kadang aku ndak punya cukup keberanian buat ajak-ajak karena takut ndak enak/ndak berkenan. hhuhu, ini reminder buat aku sih sebenernya, karena dibalik rasa nggak enak, ngajakin orang menuju kebaikan itu juga sesuatu hal yang bagus. Tapi pelan-pelan yaa . .
Pokoknya temen-temen kalo pengen ikut bisa banget nanti hub aku, Insyaa Alloh kalo temen-temen beneran pengen ikut nanti aku bantu infokan kalo ada kajian-kajian yaa :))
oya aku mau infoin juga Kajian rutin sebulan sekali di Smalsa Insya Alloh sampai saat ini masih aktif diselenggarakan kok. infonya bisa cek di IG @kajianrutin.muslimah atau lihat di status WA ku, Ayuk, Nopik, biasanya kita akan share disana.
Buat kajian pekanan, biasanya hari Jumat ba'da Isya' di Masjid Kalitan ada kajian buat anak muda dari #YukNgajiSolo. kajian nya baguuus bangett :" cocok buat kita yang masih taraf pemuda/i dan masih belajar :'
selain itu, setauku ada kajian-kajian lain juga kok yang rutin diselenggarakan, kayak kajian Humaira tiap Kamis pagi di Kalitan, Pengajian Ahad pagi di Masjid Kotak, dll
Terakhir, semoga Alloh senantiasa tuntun kita, lapangkan jalan menuju Ridho-Nya, diberikan kekuatan untuk senantiasa menjadi hamba yang bertaqwa. Aamiin . . .
Friday, July 5, 2019
Aku terhenyak dengan seorang yang bilang bahwa teman baik adalah rezeki.
Bener sih, bener banget. Tapi yang jadi pertanyaan adalah "Emang teman baik itu apa sih ?" "Apakah semua teman-teman kita (termasuk) ke dalam teman baik?"
Apa iya sih teman baik versi kita itu yang cuma bisa kita ajak seneng-seneng ? yang bisa kita ajak ngobrol berjam-jam di cafe, atau mereka yang bisa menghabiskan waktu bersama kita buat liburan, jalan-jalan, atau yaaa sekadar spending the time ajalah sama kita ?
Nggak salah sih, tapi apaiya definisi 'teman baik' itu sesempit itu ?
Mau sampai kapan ?
Pernah nggak sih kebayang,
kamu hari ini mati, terus coba deh hitung kira-kira berapa banyak orang yang datang kerumahmu, Mensalatkan jenazahmu, dan mendoakan kamu ?
ada 5 orang ? 10 orang ? 15 orang ?
Dalam menulis ini pun aku tidak yakin sama diri sendiri :(
15 orang nggak cukup, apalagi cuma satu dua :((
Astaghfirullohaladzim, Naudzubillahimindzalik.
Astaghfirullohaladzim, Naudzubillahimindzalik.
Kalau teman baik hanya diukur keberadaan nya dari menyenangkan kesenangan yang hanya hawa nafsu belaka, maka pikirkan kembali, benarkah ia teman baik ?
Sebagai Muslim, visi-misi hidup kita jelas bukan soal dunia saja. Ada after life yang sifatnya abadi, yang selama kita hidup ini perlu bawa bekal sebanyak-banyak nya, dan salah satunya adalah teman-teman yang Salih, Salihah.
Ia yang akan menjadi Syafaat kita kelak.
Al-Hasan Al-Bashri berkata "Perbanyaklah sahabat-sahabat Mu'min mu, karena mereka memiliki Syafaat pada hari Kiamat"
Ini bukan ceramah ya, tapi sebenernya curhat.
hehe
Miris aja melihat beberapa orang yang umurnya sudah dua puluhan tapi definisi pertemanan mereka hanya soal senang-senang :(
Kayak apakah hidup di dunia ini hanya soal bagaimana kita bahagia ?
Enggak sama sekali,
Diatas bahagia itu ada yang namanya "ketenangan hati"
Dan kemanapun kita mencari, cuma Alloh jawabannya :)
(kapan-kapan kita bahas di postingan tersendiri soal ini)
Jadi, kalau aku pribadi
teman yang baik adalah teman-teman yang mulai dewasa dalam berfikir dan bertindak, selalu menjadi penenang dan penguat dikala sedih, turut berbahagia dikala kita bahagia, dan mereka yang sudah mulai memikirkan akhiratnya.
Aku sendiri tidak pilih-pilih teman dalam berteman. Semuanya adalah teman-teman ku, dengan background, latar belakang, kebiasaan atau sifat yang beranekaragam. Its ok. itu nggak masalah. Akupun sangat senang jika punya banyak teman. Tapi pastikan ring 1 teman-teman kita adalah mereka yang tidak cuma baik secara horizontal tapi juga vertikal (taat pada Alloh).
Pastikan konsep perrtemanan kita bukan soal haha hihi saja, udah dua puluh sekian tahun umur kita. Teman yang baik harus bisa memperbaiki kualitas hidupmu di dunia, juga yang bisa melangkah bersama sama kamu nyari bekal akhirat.
Itu baru dinamakan teman baik adalah rezeki :)
kalau cuma happy happy hawa nafsu, bye.
Udah 23 tahun say. Hidup tidak sebercanda itu.
Tuesday, July 2, 2019
Hidup,
Yang pada hakikatnya adalah banyak belajar soal sabar, syukur, dan ikhlas.
Yang pada hakikatnya adalah banyak belajar soal sabar, syukur, dan ikhlas.
Saturday, June 22, 2019
Sebenernya aku mungkin nggak cukup pantas buat menulis tentang kajian.
Wong ikut kajian juga mentok-mentok sebulan sekali, seminggu sekali.
Ngedengerin kajian di youtube pun belum tentu setiap hari.
Tapi intinya, aku yang mungkin masih jauh dari baik ini, ingin rasanya sedikit berbagi cerita, syukur-syukur bisa mengajak teman-teman dan saling mengingatkan :')
Karena ibadah berjamaah itu terasa lebih nikmat daripada sendiri 😊
Moga-moga ketika menuliskan ini, ketika tulisan ini jadi dan di post, aku dijauhkan dari sifat hasad, berbangga diri, sombong, dan sifat bathil lainnya.
Aamiin Allahumma Aamiin. 😇
Berangkat dari asal muasal yaa . . Hehe
Awal ikut kajian itu kalo nggak salah sekitar tahun 2014 abis lulus SMA dan memasuki masa kuliah dengan segala kekagetan di dalamnya. Hehe
Mohon maaf tanpa bermaksud menyudutkan pihak manapun yaa duluuu waktu aku masih kuliah di kampus yang notabene "kampus dibawah yayasan Islam" aku mengalami culture syok yang bisa dibilang yaaa lumayan lah ya. Kondisi nggak bisa masuk di kampus impian yang (saat itu) masih terbayang-bayang rasa kecewa, ditambah lingkungan kampus yang *mohon maaf kok mahasiswa nya nggak mencerminkan mahasiswa yang kuliah di kampus yang notabene kampus islam. Dan hal ini membuatku rada tidak nyaman. Terutama masa-masa awal ospek itu :"
Waktu itu aku belum sadar kalo yang namanya kuliah meskipun kampusnya dibawah yayasan Islam, nggak semua mahasiswa nya berasal dari sekolah Islam, nggak semua mahasiswa nya *mohon maaf mungkin punya latar belakang/kebiasaan keislaman yang cukup baik.
Aku nggak paham saat itu dan aku cukup kaget "ha ? Kok gini sih?"
Ya wajar. Namanya juga 'belum tau kan'. Bukan, bukan judgement. Tapi gimana sih orang kaget ?
Orang normal manapun kalo apa yang dia pikir kurang/nggak sesuai sama realitanya ya pasti kaget dong. Hehe
Entah gimana ceritanya, kegelisahan ini sepertinya juga dirasakan beberapa teman-teman dekat. Merindukan masa-masa sekolah yang masih hangat dengan nuansa keislaman yang melekat secara mayoritas.
Akhirnya, kita buat kelompok kajian khusus Muslimah yang bertempat di SMA kita.
Pengisi nya pun guru-guru disana.
Alhamdulillah, kajian ini hingga saat ini masih aktif diselenggarakan setiap bulannya.
Kantin (Kajian Rutin) yang awalnya sebagai kebutuhan, lama-lama malah cuma jadi kayak rutinitas biasa. Mungkin ini yang dinamakan futur. Kadang semangat, kadang kendo :(
Sampai pada akhirnya kalo nggak salah tahun 2016 apaya aku rada lupa.
Ada momentum besar yang bikin aku sebagai umat Muslim rasanya ketampar-tampar.
Dan disitulah kalo nggak salah aku juga ketemu teman yang bisa aku ajak ngobrol, berdiskusi banyak hal, se frekuensi, dan mengenalkan aku akan 'banyak hal' tanpa aku sadari.
Orang ini yang ngenalin aku tentang ceramah-ceramah dr. Zakir Naik sampai kita ke Jogja bareng buat ikut kuliah umum beliau. Dia juga temen yang ternyata punya semangat mempelajari Islam lebih luas lewat youtube. (Meski mungkin media nya adalah youtube, iam appreciate. Wong dulupun aku juga mungkin gapernah makek youtube buat belajar tentang Islam kali ya)
Btw, dia ini temenku kuliah, dan mungkin tanpa tak sadari, aku ni ketularan dia. Jadi kenal dr. Zakir Naik, Ahmad Deedat, diajak ndengerin Imam Masjidil Haram, dll, dan akupun pada akhirnya memakai youtube sebagai salah satu media buat nambah ilmu :")
Terus, momen apa sih yang bikin kamu ketampar-tampar ?
Ingat kasus Al-Maidah ayat 51 ? Yes! Momen itulah dimana ghirah ku terhadap Islam seperti dimunculkan.
(Saking semangatnya, aku nggak segan buat lantang ngomong tentang pembelaanku sama ummat di group kelas X SMA dengan kalimat-kalimat yang keras yang mungkin kalo diliat lagi sekarang gaenak kali ya) Wkwkw
Astaghfirulloh, salah sih dulu cara Dakwahnya gitu. Semoga teman-teman ku memaafkan aku yaa. Dulu belum banyak kajian, makanya rada-rada tendensius. hehe
Walopun ya kalo di sosmed sebenernya aku memilih buat diem dan nggak banyak komentar juga sih.
mungkin bisa dibilang momen Al-Maidah ini, menjadi salah satu titik balik dimana aku mulai PEDULI dan nyari tahu soal Islam lebih banyak lagi.
Aku sangat terluka ketika melihat Al-Quran dilecehkan, aku begitu terluka melihat Ulama dan guru-guru kita dihina-hina, akupun juga terluka melihat banyak umat yang bela Quran malah dapet tudingan yang nggak-nggak (bahkan dari Muslim sendiri) meskiiii juga ada haru disana ketika melihat Ummat bersatu.
Ih kalo nulis tentang ini tuh air mata berasa pen ngalir mulu :"
Waktu itu aku mikir banyaak hal. Tapi yang paling bikin kepikiran tuh "Ya Alloh. Ini tuh Quran mu loo yang direndahkan, Al-Quran cuuyy, pedoman hidup orang kita, kok bisa-bisa nya ummat Islam sendiri malah banyak yang nggak peduli. Mereka justru menuding yang nggak-nggak dan memberikan penilaian yang buruk sama orang-orang yang membela Agama-Mu ? Kok bisaaa ya Alloh"
Aku seperti nggak rela, marah melihat orang lain sesama saudara seiman kok nggak turut membela Quran.
Ngrasa sedih juga dan bingung "Kalo Al-Quran yang jadi petunjuk hidup kita nggak kita bela mati-matian, terus kita ini idup pakek apaaa"
Kita Ngaji nggak seberapa bagus, hafalan Quran nggak seberapa banyak cuma punya hati buat berbaris bersama mereka yang berjuang buat Quran kok itupun juga nggak bisa kan rasanya sediiihhhhhhh. Kalopun nggak bisa, mending dieeemmm jangan mencela. Hhuhu
Wes pokoke momen itu bikin aku banyak menangis karena merinding, sedih, haru, miris campur-campur.
Hhuhu
Di momen itulah aku merasa kayak disentil sama Alloh.
Merasa bahwa ghirah dan ketaatan kepada Alloh itu harga mati.
Singkat cerita, dari kejadian itu aku mulai banyak diskusi sama temenku yang aku ceritain diatas tadi, semakin banyak nonton kajian-kajian di youtube.
Dan beberapa bulan terakhir ini secara nggak sengaja diajak temen ikut kajian pekanan juga.
Alhamdulillah.
BTW Aku cerita soal Al-Maidah : 51 ini as a Moslem dengan "pengalaman spiritual pribadi" yaa, jadi plis no negative thinking, kalo nggak setuju dengan momentum tersebut silakan, tapi no nyinyir. Karena aku, sekali lagi, cerita tentang pengalaman spiritual ku secara pribadi dibalik momen tersebut.
Kesimpulannya, kenapa sih ikut kajian ?
Yang aku dengar ketika kajian, seorang Ustadz pernah mengatakan bahwa orang-orang yang datang ke majelis ilmu itu, Alloh haramkan kaki nya dari neraka.
Orang-orang yang duduk di majelis ilmu akan Alloh berikan Sakinnah (ketenangan), Rahmah (kasih sayang Alloh), juga dipertemukan dengan orang-orang Solih. Insyaa Alloh 😊
Wallahualam.
Dan buat aku pribadi, aku menemukan banyak manfaat ketika aku ikut datang ke kajian, diantaranya :
1. Pengobat hati
Kalo pas lagi sedih, banyak pikiran, kecewa, sakit hati, marah hal yang aku lakukan adalah buka youtube dengerin kajian. Hati rasanya lebih adem, lebih yakin kalo masalah ini pasti bisa terlewati :")
Apalagi kalo bisa dateng kajian. Ketenangan yang didapatkan seperti berkali lipat :"
2. Menambah wawasan
Yang namanya ilmu, pasti akan bermanfaat ya buat menambah pengetahuan.
Misalnya ketika pak Ustadz bercerita tentang kisah sahabat Nabi, ada banyak cerita yang bisa kita teladani dalam mejalani kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau cerita-cerita yang sebelumnya belum pernah kita denger. Dan cerita inspiratif seperti sahabat Nabi ini semacam membuat kita semakin mencintai Islam. Bahwa Islam betul-betul Agama yang kereeeennn. Masya Alloh.
3. Menyentil perasaan, merasa diingatkan.
Udah pasti ya ketika ikut kajian, kadang kita merasa tersindir. Wkwk
Gapapa, ini bagus. Artinya hati kita nggak mati. Wkwk
Akupun sering kok merasakannya.
Misal "Kalian ini kalo drama korea aja hafal, kalo sahabat Nabi yang dijamin masuk Surga kok malah nggak hafal"
Nahlo, jleb kan ? Jleb! Sama :((
Terus misal juga lagi bahas tentang Salat diawal waktu, keutamaan amalan di bulan Ramadan, dll secara otomatis kita akan 'merasa diingatkan' :)
4. Dewasa dalam berfikir
Ini tuh paling kerasa kalo lagi lihat kajian di youtube tema nya pra nikah! Wkwk. Aslikk. Aku mendapatkan banyak insight, cara pandang, problem solving yang bikin aku kalo dalam menghadapi masalah apapun, mencoba untuk melihat secara 2 sisi. Nggak cuma liat dari sisi A tapi juga B. Begitupun sebaliknya.
Dalam menghadapi masalah, tanpa disadari, kita juga melatih diri untuk merasakan apa yang orang lain rasakan, sebelum menuntut orang lain peka sama apa yang kita rasain.
Selain itu, kita juga bakal lebih fokus bikin diri kita positif dan bahagia.
Semacam daripada pusing mikirin orang lain yang ngeselin, mending mikir gimana caranya iam still happy tanpa mikirin apa yang orang lain perbuat sama kita. Ngerti kan ya sama bahasaku ? Ngerti dong .-. Wkwk
5. Melatih rasa sabar dan ikhlas
Akutuh manusia yang paling nggak bisa dikecewain dan susah banget buat maafin orang. Astaghfirulloh :(
Tapi karena beberapa kali dengerin kajian kalo salah satu sifat baik orang Islam itu memaafkan, sekarang pelan-pelan pengen membersihkan hati dari rasa kecewa berkepanjangan :" wkwk
Pokoknya kalo ada yang bikin hati gatel dikit bisa rada lebih sabar, terus kayak "yaudahlah" wkwk.
Yaa masih proses sih, belum bisa sebaik temen-temen semuanya yang hatinya jauh lebih lapang :"
Tapi Doain yaa! Hhihi
So, buat temen-temen yang mungkin sekarang masih ragu-ragu pengen ikut kajian tapi kadang masih aduh mager, kalian bisa coba dengan nyari temen, karena kalo ada temen kita pasti bakalan lebih bersemangat. Akupun juga kok sampai sekarang kalo kajian masih harus ditemenin. Gapapa, pelan-pelan esok lusa semoga Alloh semakin menguatkan niatan kita :)
Buat temen-temen yang masih maleess banget ikut kajian, hatinya belum tergerak buat datang bisa dimulai dulu dengan dengerin kajian di youtube, Insya Alloh setiap langkah kecil kita menuju kebaikan, nanti Alloh tuntun menuju kebaikan yang lain. Insyaa Alloh :")
Kuatin niat, Bismillah. Karena yakin deh, nggak ada ruginya (sama sekali) ikut kajian, dan kajian sekarang tuh nggak melulu too old, nggak gaul, strik, nggak kok. Insya Alloh buat kita yang baru mulai belajar, masih proses ada banyak wadah kajian yang bakal menuntun kita pelan-pelan.
Aku meyakini, kajian sekarang bukan lagi sebagai momok, tapi justru kajian adalah lifestyle kekinian yang bisa jadi pilihan terbaik kita. Bukan pilihan ding, tapi seharusnya kita memilihnya sebagai bagian dari hidup kita #eyaa 😀 hehe
Ada sebuah nasihat yang sampai saat ini aku coba tanamkan ke diri ku sendiri.
"Kita punya waktu 29 hari buat bersenang-senang, ngurusin urusan dunia, masak ngeluangin 1 hari dalam sebulan buat ke kajian aja nggak bisa ?
Kita punya waktu 7 hari dalam seminggu. 6 hari bisa kita gunain buat ngurusin dunia masak 1 hari aja gabisa diluangin buat ikut kajian ? Kita ini bukan pejabat, bukan orang penting-penting banget, sebegitukah sibuknya ?" ☺
Terakhir, mungkin aku ini masih jauh dari baik, masih sering buangettt futur, kadang masih suka maksiat juga, tapi Doain ya semoga pelan-pelan Alloh mudahkan dan lembutkan hatiku untuk berbenah sedikit demi sedikit, berprogress, dan Insya Alloh lambat laun akan Istiqomah.
Doain yaa teman-teman, maaf sekali kalau ada kata, kalimat yang kurang berkenan di hati dari tulisan ini, harapannya tulisan ini bukan menjadi ajang perselisihan atau menimbulkan penyakit hati, harapannya tulisan ini ada manfaatnya meskipun sedikit :" hhuhu. Aamiin :'
Terakhir bangettt, semoga kita semuanya, berteman di dunia, bertetangga di Surga :)
AAMIIN 😊
Sunday, June 9, 2019
Aku pernah kok berada di momen-momen dimana males banget ketemu orang-orang, lebih-lebih sama sodara karena sering dapet omongan yang nggak enak.
Dari kecil aku selalu ditanya,
"Dapet ranking berapa ?"
Pertanyaan setiap tahun yang harus aku telan seumur masih sekolah.
Aku seperti merasa stress di usia dini ketika dapet pertanyaan-pertanyaan kayak gitu.
Sedih pasti ya. Gausah ditanya lagi.
Yagimana ? Dulu pas SD aku gapernah dapet ranking, tapi semua sodara-sodaraku dapet ranking. Aku 12 tahun sekolah di sekolah swasta, sodara-sodaraku sekolah di sekolah negeri yang bagus (katanya).
Pertanyaan 'ranking berapa' hanya membuat aku merasa diremehkan, disudutkan, dan berakibat sakit hati yang terlalu membekas :))
Belum lagi masa-masa lulus SMA dimana aku nggak ketrima perguruan tinggi negeri, wah jangan ditanya omongan "nggak enak" apa saja yang aku terima.
Sangking banyaknya udah nggak inget karena gamau diinget-inget lagi. Sakit hati banget banget banget soalnya! Haha
Tapi ada sih yang masih aku inget, kayak gini misalnya :
"Ra mlebu negeri berarti koe ra pinter nhoo"
"Rawani melu mudik soale isin ra sekolah negeri"
Dll
Namun, kini ku menyadari, omongan-omongan pedas itulah yang "membentuk" mentalku semakin kuat di kemudian hari.
Seperti hari ini :)
Jadi aku sangaaatttt paham ketika temen-temenku ngrasain gimana rasanya ditanyain pertanyaan-pertanyaan nggak enak sama sodara, gimana rasanya kumpul keluarga itu bukan jadi momentum yang menyenangkan buat aku malah jadi momen yang bikin "males banget"
Aku pernah merasakan itu semuanya.
Walopuuuun, aku juga masih punya sodara yang baik sih. Yang nggak ngurusin urusan orang, yang nggak nyakitin aku dengan pertanyaan yang nggak penting, yang bisa jaga sikap bahkan yang ketika aku jauh dari ibu bapak mereka nyamperin aku dan 'menjamu' aku dengan sangaat baik, ada juga. Hehe
Pengalaman masa kecil itulah, yang membuat aku memahami beberapa teman yang mungkin merasa punya sodara nggak rasa sodara, nggak deket dan merasa beban ketemu sodara, ngrasa nggak nyaman, dll.
I know what you feel.
Dan, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah :
BODOAMAT!
Ini klise sih, tapi its the one and only way gais :))
"Kamu cuma punya 2 tangan dan kamu gabisa nutup banyak mulut diluar sana. Kamu cuma punya 2 tangan buat nutup telinga kamu"
Pernah denger kalimat tersebut kan pasti ? Dan yeah, its totally true!!
Kemarin ada sih tetangga sodara sama sodara yang nge body shaming.in aku, kalo aku memilih sakit hati ya aku bakalan emosi, marah, pengen ngatain, dll. Tapi aku memilih buat "sak karepmu. I love my body dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Yang penting sehat, bisa beraktivitas, dan nggak gunain my body buat nyakitin orang lain kayak mulut dia" hhehe
Alhamdulillah iam fine.
Ada juga kemarin yang nanyain
"kapan nih undangannya"
"Udah belum ?"
Wkwk lucu malahan.
Bingung aku tu sebenernya 'ni maksud pertanyaan nya udah belum gimana sih'
Tapi yaa aku cuma jawab 'beluum. Masih skripsi. Hehe'
Lebih banyak nanggepin dengan senyuman.
Sejauh lebaran ini aman. Aku malah bisa lebih berpositif thinking dan mengarahkan omongan-omongan tersebut kedalam Doa.
Pertanyaan-pertanyan
"Kapan lulus ?"
"Kapan nikah ?"
"Kapan punya anak ?"
"Kapan ngasih adek lagi ?"
Dan pertanyaan ngeselin lainnya tuh akan selalu ada gais.
Kalo sanggup mengedukasi sodara-sodara yang kayak gitu bagus sih. Biar bisa buat pembelajaran, tapi kalo nggak bisa, yaudah gausah di gagas, terbangkan jauh-jauh pertanyaan yang bikin penyakit hati tersebut. Karena kalo dimasukkan kedalam hati, yang sedih siapa ? Kita. Yang down siapa ? Kita. Yang rugi siapa ? Kita.
Capek berkali lipat laah kita ini.
Guys, kita nggak bisa memilih saudara yang sudah menjadi takdir kita.
(Ini nasihat untuk diriku sendiri sih btw)
Yang bisa kita lakukan hanyalah mem-filter apa yang perlu dan nggak perlu masuk kedalam diri kita.
Capek banget kalo segala omongan yang nyakitin kita pikirin banget-banget. Ngapain ? Mereka aja nggak peduli sama kamu.
Fokus aja sama hal-hal yang bikin kamu bahagia. Dan sumber kebahagiaan itu bisa dari arah mana saja.
Keluarga itu bisa jadi ujian juga.
Rasulullah juga punya paman yang jahat kan sama beliau ?
Abu Lahab, Abu Jahal.
Perbanyak sabar, luaskan ikhlas.
Insya Alloh, kita bakal jadi orang yang "naik kelas"
Dari kecil aku selalu ditanya,
"Dapet ranking berapa ?"
Pertanyaan setiap tahun yang harus aku telan seumur masih sekolah.
Aku seperti merasa stress di usia dini ketika dapet pertanyaan-pertanyaan kayak gitu.
Sedih pasti ya. Gausah ditanya lagi.
Yagimana ? Dulu pas SD aku gapernah dapet ranking, tapi semua sodara-sodaraku dapet ranking. Aku 12 tahun sekolah di sekolah swasta, sodara-sodaraku sekolah di sekolah negeri yang bagus (katanya).
Pertanyaan 'ranking berapa' hanya membuat aku merasa diremehkan, disudutkan, dan berakibat sakit hati yang terlalu membekas :))
Belum lagi masa-masa lulus SMA dimana aku nggak ketrima perguruan tinggi negeri, wah jangan ditanya omongan "nggak enak" apa saja yang aku terima.
Sangking banyaknya udah nggak inget karena gamau diinget-inget lagi. Sakit hati banget banget banget soalnya! Haha
Tapi ada sih yang masih aku inget, kayak gini misalnya :
"Ra mlebu negeri berarti koe ra pinter nhoo"
"Rawani melu mudik soale isin ra sekolah negeri"
Dll
Namun, kini ku menyadari, omongan-omongan pedas itulah yang "membentuk" mentalku semakin kuat di kemudian hari.
Seperti hari ini :)
Jadi aku sangaaatttt paham ketika temen-temenku ngrasain gimana rasanya ditanyain pertanyaan-pertanyaan nggak enak sama sodara, gimana rasanya kumpul keluarga itu bukan jadi momentum yang menyenangkan buat aku malah jadi momen yang bikin "males banget"
Aku pernah merasakan itu semuanya.
Walopuuuun, aku juga masih punya sodara yang baik sih. Yang nggak ngurusin urusan orang, yang nggak nyakitin aku dengan pertanyaan yang nggak penting, yang bisa jaga sikap bahkan yang ketika aku jauh dari ibu bapak mereka nyamperin aku dan 'menjamu' aku dengan sangaat baik, ada juga. Hehe
Pengalaman masa kecil itulah, yang membuat aku memahami beberapa teman yang mungkin merasa punya sodara nggak rasa sodara, nggak deket dan merasa beban ketemu sodara, ngrasa nggak nyaman, dll.
I know what you feel.
Dan, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah :
BODOAMAT!
Ini klise sih, tapi its the one and only way gais :))
"Kamu cuma punya 2 tangan dan kamu gabisa nutup banyak mulut diluar sana. Kamu cuma punya 2 tangan buat nutup telinga kamu"
Pernah denger kalimat tersebut kan pasti ? Dan yeah, its totally true!!
Kemarin ada sih tetangga sodara sama sodara yang nge body shaming.in aku, kalo aku memilih sakit hati ya aku bakalan emosi, marah, pengen ngatain, dll. Tapi aku memilih buat "sak karepmu. I love my body dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Yang penting sehat, bisa beraktivitas, dan nggak gunain my body buat nyakitin orang lain kayak mulut dia" hhehe
Alhamdulillah iam fine.
Ada juga kemarin yang nanyain
"kapan nih undangannya"
"Udah belum ?"
Wkwk lucu malahan.
Bingung aku tu sebenernya 'ni maksud pertanyaan nya udah belum gimana sih'
Tapi yaa aku cuma jawab 'beluum. Masih skripsi. Hehe'
Lebih banyak nanggepin dengan senyuman.
Sejauh lebaran ini aman. Aku malah bisa lebih berpositif thinking dan mengarahkan omongan-omongan tersebut kedalam Doa.
Pertanyaan-pertanyan
"Kapan lulus ?"
"Kapan nikah ?"
"Kapan punya anak ?"
"Kapan ngasih adek lagi ?"
Dan pertanyaan ngeselin lainnya tuh akan selalu ada gais.
Kalo sanggup mengedukasi sodara-sodara yang kayak gitu bagus sih. Biar bisa buat pembelajaran, tapi kalo nggak bisa, yaudah gausah di gagas, terbangkan jauh-jauh pertanyaan yang bikin penyakit hati tersebut. Karena kalo dimasukkan kedalam hati, yang sedih siapa ? Kita. Yang down siapa ? Kita. Yang rugi siapa ? Kita.
Capek berkali lipat laah kita ini.
Guys, kita nggak bisa memilih saudara yang sudah menjadi takdir kita.
(Ini nasihat untuk diriku sendiri sih btw)
Yang bisa kita lakukan hanyalah mem-filter apa yang perlu dan nggak perlu masuk kedalam diri kita.
Capek banget kalo segala omongan yang nyakitin kita pikirin banget-banget. Ngapain ? Mereka aja nggak peduli sama kamu.
Fokus aja sama hal-hal yang bikin kamu bahagia. Dan sumber kebahagiaan itu bisa dari arah mana saja.
Keluarga itu bisa jadi ujian juga.
Rasulullah juga punya paman yang jahat kan sama beliau ?
Abu Lahab, Abu Jahal.
Perbanyak sabar, luaskan ikhlas.
Insya Alloh, kita bakal jadi orang yang "naik kelas"
Wednesday, May 29, 2019
Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan teman-teman lama waktu SMP.
Yaa biasalah kita ngobrol-ngobrol, ketawa, bercanda sampai pada sesi bertukar pikiran. hehe
Salah seorang teman bertanya, "Menurutmu Nikah telat i pie ? Ada nggak ?"
Satu per satu dari kita menjawab secara bergantian.
Secara umum kita nggak setuju sih, tapi ada beberapa sudut pandang yang musti dipertimbangkan. Misalnya jika statement tersebut dilihat secara fisik. "Perempuan itu kan ada masa subur, menopouse, tau kan yang tabel-tabel perempuan itu ? . . mungkin ini yang jadi pertimbangan." (pendapat ini dikatakan oleh salah seorang temanku yang lain).
For me, ini ada benarnya juga :)
Btw, Sebenernya ya, pertanyaan ini cukup menarik karena yang nanyain adalah teman ku laki-laki. Wkwkw
Pas tiba giliranku, kata pertama yang aku utarakan adalah
"Stigma"
Gimana ya, menjawab sebuah pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan soal "nikah telat" tuh sebenernya simple tapi berat. nahlo pie kui >< wkwk
Karena.. gini, siapa sih sebenernya yang ngasih ukuran "telat nggak telat" tuh ? Manusia. Penilaian masyarakat.
"Kapan nikah ?"
"Udah umur segini kok belum nikah ?"
"Nunggu apalagi ?"
dll...
Terus ukuran telat dan nggak telat itu gimana ?
Gausah ukuran deh, definisi nikah telat itu gimana ?
Mungkin ada banyak sudut pandang ya, kayak misal dari fisik atau kesehatan, bolehlah. Tapi kalau based omongan orang lain yaaaaa ngapain ? hehe
aku sendiri nggak mau terjebak dengan stigma dan sentimen masyarakat, buat apa? Kita hanya akan terkungkum pada perasaan gelisah dan takut. Dan menurutku itu hanya akan memicu pikiran kita jadi nggak believe sama Alloh.
Jodoh itu Alloh kasih kok. Kapannya yang kita nggak tau, kalopun nggak dapet di dunia, mungkin besok ketemunya di akhirat.
Lagian, segala sesuatu dalam aspek kehidupan kita tuh udah Alloh jamin. Semuanya! Se-sayang itu loo Alloh sama Hamba-hambanya.
Gak ada tuh Alloh bilang "Barangsiapa wanita berumur 25 belum nikah maka dia bukan termasuk hambaku" gak ada!
Lalu apa yang perlu kita takutkan jika Alloh sudah menjamin segala rizki (termasuk jodoh) kita di dunia ini :)
Bagiku, daripada pusing memikirkan stigma-stigma tersebut, lebih baik diganti dengan Ikhtiar dan berdoa. Karena jodoh datang selain ditunggu juga perlu diusahakan :) #eyaa
Sebenernya aku mungkin belum cukup berbakat ya kalau bicara soal jodoh dan menikah. Karena aku ini belum punya pengalaman, belum ketemu jodoh dan belum menikah juga :' Tapi yang ingin aku bagikan disini adalah supaya Muslimah-muslimah tuh jangan gelisah perkara sentimen masyarakat.
Kalau kita nggak bisa mengelola pikiran secara positif, yawes nggak usah di dengerin.
Capek kali kalo harus ngikutin maunya semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu nggak tepat kalau nggak sesuai sama pendapat pribadi doi. Ye nggak ? hehe.
Dah balik lagi aja ke Hadits Rosul.
Barangsiapa yang sudah mampu menikah, menikahlah, jika kamu belum mampu maka berpuasalah.
Salah seorang teman bertanya, "Menurutmu Nikah telat i pie ? Ada nggak ?"
Satu per satu dari kita menjawab secara bergantian.
Secara umum kita nggak setuju sih, tapi ada beberapa sudut pandang yang musti dipertimbangkan. Misalnya jika statement tersebut dilihat secara fisik. "Perempuan itu kan ada masa subur, menopouse, tau kan yang tabel-tabel perempuan itu ? . . mungkin ini yang jadi pertimbangan." (pendapat ini dikatakan oleh salah seorang temanku yang lain).
For me, ini ada benarnya juga :)
Btw, Sebenernya ya, pertanyaan ini cukup menarik karena yang nanyain adalah teman ku laki-laki. Wkwkw
Pas tiba giliranku, kata pertama yang aku utarakan adalah
"Stigma"
Gimana ya, menjawab sebuah pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan soal "nikah telat" tuh sebenernya simple tapi berat. nahlo pie kui >< wkwk
Karena.. gini, siapa sih sebenernya yang ngasih ukuran "telat nggak telat" tuh ? Manusia. Penilaian masyarakat.
"Kapan nikah ?"
"Udah umur segini kok belum nikah ?"
"Nunggu apalagi ?"
dll...
Terus ukuran telat dan nggak telat itu gimana ?
Gausah ukuran deh, definisi nikah telat itu gimana ?
Mungkin ada banyak sudut pandang ya, kayak misal dari fisik atau kesehatan, bolehlah. Tapi kalau based omongan orang lain yaaaaa ngapain ? hehe
aku sendiri nggak mau terjebak dengan stigma dan sentimen masyarakat, buat apa? Kita hanya akan terkungkum pada perasaan gelisah dan takut. Dan menurutku itu hanya akan memicu pikiran kita jadi nggak believe sama Alloh.
Jodoh itu Alloh kasih kok. Kapannya yang kita nggak tau, kalopun nggak dapet di dunia, mungkin besok ketemunya di akhirat.
Lagian, segala sesuatu dalam aspek kehidupan kita tuh udah Alloh jamin. Semuanya! Se-sayang itu loo Alloh sama Hamba-hambanya.
Gak ada tuh Alloh bilang "Barangsiapa wanita berumur 25 belum nikah maka dia bukan termasuk hambaku" gak ada!
Lalu apa yang perlu kita takutkan jika Alloh sudah menjamin segala rizki (termasuk jodoh) kita di dunia ini :)
Bagiku, daripada pusing memikirkan stigma-stigma tersebut, lebih baik diganti dengan Ikhtiar dan berdoa. Karena jodoh datang selain ditunggu juga perlu diusahakan :) #eyaa
Sebenernya aku mungkin belum cukup berbakat ya kalau bicara soal jodoh dan menikah. Karena aku ini belum punya pengalaman, belum ketemu jodoh dan belum menikah juga :' Tapi yang ingin aku bagikan disini adalah supaya Muslimah-muslimah tuh jangan gelisah perkara sentimen masyarakat.
Kalau kita nggak bisa mengelola pikiran secara positif, yawes nggak usah di dengerin.
Capek kali kalo harus ngikutin maunya semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu nggak tepat kalau nggak sesuai sama pendapat pribadi doi. Ye nggak ? hehe.
Dah balik lagi aja ke Hadits Rosul.
Barangsiapa yang sudah mampu menikah, menikahlah, jika kamu belum mampu maka berpuasalah.
-Luinnisa-
Monday, May 27, 2019
"Anak perempuan tuh gaboleh pulang malam," "nggak baik."
Am I agree ?
Biarkan aku menjawabnya dengan sebuah cerita.
Sewaktu SMP, aku ikut organisasi Pramuka dimana aku nggak selalu bisa pulang di jam yang sama dengan yang lain. Ya, disaat teman-teman yang lain sudah pulang disiang hari, aku dan teman-teman Dewan Penggalang (nama organisasi yang aku ikuti semasa SMP) masih latihan dan kumpul sampai sore hari. Nggak jarang aku kehabisan bus pulang dan harus oper naik bus antar kota. Pernah juga suatu ketika (kalau nggak salah) aku nggak dapet bus. Akhirnya aku ikut temanku pulang ke rumahnya di daerah Keprabon kemudian telepon orang tua dan minta dijemput disana.
Sewaktu SMA, aku mencoba ekskul dan organisasi macem-macem. Lima kali ya, meski yang bertahan sampai akhir cuma tiga. hehe
Aku ikut OSIS, Apresiasi Seni (Apres) dan Jurnalistik.
Yang lain sore setelah jam tambahan selesai sudah pulang, aku dan teman-teman ekskul masih kumpul, kadang rapat, kadang juga latihan. pulangnya? Maghrib.
Masih bagus pulang Maghrib, pernah juga aku dan teman teman Apres sampai diusir guru dari Sekolah karena hampir jam 9 malam masih di sekolah. akhirnya kita pindah ke rumah salah satu teman buat lanjutin latihan dan pembahasan.
Kelas 3 SMA pun masih suka pulang malam, bahkan hampir full selama satu minggu. Ngapain ? les persiapan ujian, kadang juga plus-plus keliling GO di Solo (kapan-kapan aku cerita soal ini ya. masih suka terharu kalo inget).
Puncaknya adalah masa kuliah. terlebih saat semester 4,5,6.
Meskipun cuma ikut 1 organisasi di kampus. Namun tanggung jawab dan tugasnya cukup lumayan bikin sibuk. wkwkwk ditambah tugas kuliah yang Masya Alloh luar biasa 'membahagiakan' :")
Kalau kelompokan tugas kuliah, nggak jarang kita pulang jam 11 malam, pernah juga sampek temen nginep dirumhku sampai nggak tidur karena beban tugas yang yaa lumayan lah :'
pernah juga aku ngerjain tugas di kos temen sampai jam 5 pagi baru pulang, dan lain sebagainya.
itupun mending gaes, masih ada teman-temanku yang ambil spesialisasi video yang harus kumpul sampai nggak balik atau balik larut malam.
Belum lagi soal organisasi. Aku pernah pulang evaluasi setelah acara pukul setengah 2 pagi, udah gitu pulang-pulang abis Subuh musti ikut ortu ke Kudus. pernah juga ngerjain tugas pulang jam 2 pagi. pernah juga rapat dan persiapan H- sekian acara sampai jam 1 pagi lebih.
"Emang kamu boleh sama ortumu pulang sampek jam segitu?"
Nih ya, aku rasa semua orang tua tuh nggak bakalan ngizinin anak perempuannya pulang malam. Wajar sih, apalagi kalau anak perempuanya masih gadis, takut kenapa-kenapa kan pasti (Naudzubillah) dan belum ada Mahram juga. Kan dalam Agama pun ada aturannya.
Ibuku pun pernah bilang kalau anak perempuan itu baiknya selepas Maghrib udah dirumah. wkwk
Tapi aku tidaq akan mampuuu sepertinya jika aturan tersebut diterapkan. heuheu
Terus solusinya apa ?
Menjelaskan dan membuktikan.
Wah, orang mah ngira nya enaknya doang bisa balik malem, padahal yaa proses penerimaan itu pasti ada step-step yang perlu ditempuh. Pernah kalii aku juga dimarahi, wkwk. Tapi yang jelas, aku pernah bilang gini ke ibu "Bu, aku tuh sebeeellll banget ngelihat orang yang nggak tanggung jawab. Ngerjain tugas banyak alesan, ngerjain tanggung jawab nggak maksimal. kayak gitu i merugikan orang lain. aku mboten seneng. Aku nggak mau digituin, makannya aku juga nggak mau melakukan hal tersebut. "
Alhamdulillahnya ibu ku bisa positif menerima penjelasan anaknya sih (meski mungkin terpaksa kali ya) wkwk. Tapi aku mengutarakan hal tersebut dengan yakin sih, nggak ada keraguan sedikitpun. Karena yaa memang itu faktanya.
Dan mungkin ibuku melihat juga sih, aku kerap begadang nugas, beberapa kali kerja kelompok dirumah ku sama temen-temen sampek larut sampek pagi gitu, hehe.
Jadi Insya Alloh pulang malam itu karena ada hal bermanfaat yang sedang kukerjakan #eyaa
Bagiku, pulang malam adalah ikhtiar terkecil yang bisa aku lakukan untuk berusaha semaksimal mungkin mengemban amanah dan tanggung jawab. Karena aku tahu ketika ada satu dua tiga orang yang kebanyakan alasan dan mangkir dari tugas, itu sangat merugikan. tanggung jawab adalah value yang menurutku sangat penting. sebuah pembiasaan diri supaya kalau semakin mendewasa, nggak jadi orang yang kebanyakan alesan :') karena apa ? orang tuh kalo banyak alesan, sulit dipercaya! bener nggak? hehe.
eh ini bukan klise. iki tenanan. Aku pun tidak segan bertindak tegas sama people-people nggak bertanggung jawab diluar sana. Makanya orang yang pernah kerjasama sama aku beberapa orang kerap menganggapku galak sebagian lagi menganggapku tegas. ya terserahlah itu hanya anggapan orang. wkwk ><
Yang jelas Tanggung Jawab itu bagian dari amanah yang harus dijalankan dengan sebaiq-baiqnya. yhaa khaan ? *ngomongpakekgayaSyahrini
Yang kedua adalah membuktikan. Aku berusaha selalu jujur kepada orang tua ku ketika aku pulang malam. Bahkan pas waktu aku magang di Jakarta, tanpa ortuku bertanya, aku dengan kesadaran sendiri bercerita "aku pulang jam segini karena gini..." dan mungkin inilah yang menjadi alasan ortuku bisa memberikan kepercayaan penuh kepada quu.
hehe
Tapi ya namanya ortu gaes, tetep lah pasti ada ngomel-ngomelnya "Ojo mulih wengi-wengi" dll. wkwk
itu pasti.
"Kenapa nggak nginep aja ?"
Pernah kok, nginep 1x pas jadi panitia PKKMB. Karena musti sampai kampus sebelum Subuh. wkwk. berat kalo aku harus bangun jam 2 pagi disaat pulang evaluasi aja udah malem :"
Tapi kalau selagi aku masih bisa dan kuat pulang, sejujurnya aku prefer pulang. Capek capek sekalian abis itu bobo dirumah dengan tenang. Lebih enak. Lebih nyaman. Nggausah nunggu pagi baru balik berasa kerja dua kali gitu loo hehe
"Tetanggamu nggak ngomong macem-macem ?"
Sepertinya sih tidak ya. Karena aku anak bae-bae nggak pernah ngomongin anak tetangga juga. wkwk
Kalaupun ada ya cuek aja sih. Aku tahu yang terjadi pada diriku, aku nggak aneh-aneh dan Alloh Maha Tahu.
Tapi nggak dipungkiri dulu ibu qu juga pernah mengutarakan kekhawatirannya. tapi aku bilang gini "Kalau orang berpendidikan, mesti tahu mahasiswa pulang malem kenapa" (Agak kejem ya, tapi ya aqu memang begitu gais, nggak mau ambil pusing sama hal yang nggak fenting) hehe
"Nggak takut kalo kenapa-kenapa dijalan ?"
Worry pasti pernah lah. sampek ngebut banget. wkwk
Biasanya takut itu kalo abis baca kejadian yang aneh-aneh. takut bangetttttt
Tapi Bismillah, Bismillah, Bismillah, semoga Alloh SWT melindungi :')
Intinya,value orang tuh masing-masing.Nggak selalu sama, tapi juga nggak selalu beda.
Akupun juga punya temen yang dia nggak boleh keluar malam sama ortunya. Ya nggak papa, aku menghargai itu. Apapun aturan yang diberikan orang tua kepada anak, Insya Alloh sudah dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya.
Yang jadi masalah adalah ketika kita suka mengkotak-kotakan sesuatu, men-generalisir sesuatu dengan simpulan-simpulan yang terlalu tendensius.
Pulang malam di cap terlalu bebas,
Nggak pernah keluar malem dianggep cupu
Pertanyaanya, siapa yang suka melabeli kayak gitu ?
wkwk
Nah loo . .
Padahal, semua keputusan, semua pilihan tuh ada reason nya.
Mungkin, yang nggak bisa keluar malam tuh jalan menuju rumahnya terlalu sepi dan berbahaya, mungkin juga yang terbiasa keluar malam tuh senang dengan berkegiatan positif diluar.
Kenali dulu alasannya, kenali dulu hal-hal yang melatarbelakanginya.
Jangan mudah berkesimpulan apalagi sembarangan memberikan penilaian, nggak baik.
Biasain positif melihat segala sesuatu,biar nggak mudah suudzon (ngomong sambil madep cermin banget ini mah) >< wkkw
Satu lagi, kita ini jangan merasa lebih baik terhadap apa-apa yang kita pilih. belum tentu kita lebih baik. Alloh yang lebih tahu, bagaimana kamu.
Prinsip setiap orang mungkin berbeda-beda, macem-macem lah pokoknya. Yaa kita saling menghormati, saling belajar dan mengambil sisi positifnya. Jangan sibuk membanding-bandingkan karena nggak akan pernah sama.
Karena nantinya dimasa depan, kita semua pasti punya peran yang berbeda-beda. (Nah ini bakal dibahas di next post ya)
Terakhir,
Pastikan apapun pilihan mu adalah pilihan terbaik, syukur-syukur penuh manfaat.
Lagi-lagi, ukuran manfaat dan baik tiap orang juga beda-beda, jadi balik lagi ke masing-masing individu.
Kalau boleh sedikit bilang, dari aqu yang kerap pulang malam, dulunyaa . . wkwk
Pulang malam atau tidak, jangan serta merta dan satu-satunya dijadikan ukuran baik buruk seseorang yaa :"
Karena sekuat tenaga aqu juga menjaga Izzah dan Iffah ku sebagai perempuan Muslimah.
Akupun berusaha, apapun yang kukerjakan hingga larut malam adalah sesuatu yang bermanfaat. nggak aneh-aneh, bukan nongki-nongki cantik apalagi bersentuhan dengan dunia malam. nonono!!
Nggak usah soal malam-malam deh, yang nggak pulang malam tapi menghabiskan waktu untuk kemadharatan kan juga banyak to ? :'
Intinya, Alloh Maha Melihat, Alloh Maha Tahu :)
-Luinnisa-
Thursday, May 23, 2019
Tuesday, March 26, 2019
Classmates
Terakhir ketemu fullteam tahun lalu. |
Kecewa dan sibuk itu hal biasa.
Karena inilah realita hidup yang harus dijalani.
Aku cukup tahu dan teramat tahu ini yang terbaik.
Hidupku dan hidupmu harus tetap berjalan.
Dan faktanya memang terasa lebih nyaman, bukan ?
Entah kapan, semoga kita bisa membaik.
Salah.
Entah kapan, semoga aku bisa membaik
Maaf sudah pernah banyak merepotkan, maaf belum bisa jadi teman yang baik.
Semoga kalian dan aku selalu sehat, diberikan kemudahan dalam menjalani hidup, diberikan rasa bahagia, sukses dan selalu dalam Lindungan Alloh SWT.
-Luinnisa-
Monday, March 25, 2019
Kemarin,
23 tahun usia ku.
Tidak banyak harapan yang aku selipkan tahun ini,
Hanya berharap aku bisa menjadi manusia yang lebih bersyukur, sabar dan ikhlas.
Tapi aku menerima banyak sekali Doa-doa dari teman-teman ku.
"Barakallah Lului"
"Semoga sehat selalu"
"Semoga berkah umurnya"
"Semoga dimudahkan meraih segala cita-cita"
"Semoga dilancarkan rezeki dan skripsinya"
"Semoga cepet lulus"
"Semoga selalu dipertemukan dengan orang-orang baik"
"Semoga enteng jodoh"
"Semoga selalu diberikan alasan untuk tersenyum setiap harinya"
"Semoga diberikan segala hal baik"
"Semoga menjadi wanita yang tambah Sholihah"
"Semoga sukses dunia akhirat"
Dan masih banyak sekali Doa-doa yang aku terima, kemarin.
Ah, dipertemukan dengan mereka yang berhati baik dan tulus betul-betul membuatku larut dalam bahagia.
Benar, Doa adalah kado terbaik.
Karena lewat Doa-lah yang bisa menyundul pintu-pintu langit:')
Terimakasih ya Alloh engkau masih memberikanku umur, masih memberikan kesempatan aku untuk banyak berbenah dan bertaubat,
terimakasih untuk segala ujian, dan teguran ditahun kemarin semoga aku tersadar untuk berubah menjadi manusia yang lebih Taqwa.
Terimakasih telah banyak memberiku nikmat yang luar biasa.
Terimakasih Yaa Rabb, engkau masih begitu menyayangiku :")
#TulisanLului Untuk semua yang telah Mendoakan :') |
-Luinnisa-
Thursday, March 21, 2019
Boleh mengeluh, tapi JANGAN PERNAH MENYERAH!
Berjuanglah hingga akhir, karena kamu tahu ?
keberhasilan hanya bisa didapat dengan ikhtiar terbaik dan Doa-doa yang tak pernah putus dipanjatkan.
Berjuanglah hingga akhir, karena kamu tahu ?
keberhasilan hanya bisa didapat dengan ikhtiar terbaik dan Doa-doa yang tak pernah putus dipanjatkan.
-Luinnisa-
Wednesday, March 20, 2019
Demi dia yang kau cinta, kau rela memberikan segalanya.
Lalu bagaimana dengan Dia ?
Yang sudah memberikan kau lebih dari segalanya juga cinta seutuhnya 😊
-Maret 2019-
-Luinnisa-
Subscribe to:
Posts (Atom)