Beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan teman-teman lama waktu SMP.
Yaa biasalah kita ngobrol-ngobrol, ketawa, bercanda sampai pada sesi bertukar pikiran. hehe
Salah seorang teman bertanya, "Menurutmu Nikah telat i pie ? Ada nggak ?"
Satu per satu dari kita menjawab secara bergantian.
Secara umum kita nggak setuju sih, tapi ada beberapa sudut pandang yang musti dipertimbangkan. Misalnya jika statement tersebut dilihat secara fisik. "Perempuan itu kan ada masa subur, menopouse, tau kan yang tabel-tabel perempuan itu ? . . mungkin ini yang jadi pertimbangan." (pendapat ini dikatakan oleh salah seorang temanku yang lain).
For me, ini ada benarnya juga :)
Btw, Sebenernya ya, pertanyaan ini cukup menarik karena yang nanyain adalah teman ku laki-laki. Wkwkw
Pas tiba giliranku, kata pertama yang aku utarakan adalah
"Stigma"
Gimana ya, menjawab sebuah pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan soal "nikah telat" tuh sebenernya simple tapi berat. nahlo pie kui >< wkwk
Karena.. gini, siapa sih sebenernya yang ngasih ukuran "telat nggak telat" tuh ? Manusia. Penilaian masyarakat.
"Kapan nikah ?"
"Udah umur segini kok belum nikah ?"
"Nunggu apalagi ?"
dll...
Terus ukuran telat dan nggak telat itu gimana ?
Gausah ukuran deh, definisi nikah telat itu gimana ?
Mungkin ada banyak sudut pandang ya, kayak misal dari fisik atau kesehatan, bolehlah. Tapi kalau based omongan orang lain yaaaaa ngapain ? hehe
aku sendiri nggak mau terjebak dengan stigma dan sentimen masyarakat, buat apa? Kita hanya akan terkungkum pada perasaan gelisah dan takut. Dan menurutku itu hanya akan memicu pikiran kita jadi nggak believe sama Alloh.
Jodoh itu Alloh kasih kok. Kapannya yang kita nggak tau, kalopun nggak dapet di dunia, mungkin besok ketemunya di akhirat.
Lagian, segala sesuatu dalam aspek kehidupan kita tuh udah Alloh jamin. Semuanya! Se-sayang itu loo Alloh sama Hamba-hambanya.
Gak ada tuh Alloh bilang "Barangsiapa wanita berumur 25 belum nikah maka dia bukan termasuk hambaku" gak ada!
Lalu apa yang perlu kita takutkan jika Alloh sudah menjamin segala rizki (termasuk jodoh) kita di dunia ini :)
Bagiku, daripada pusing memikirkan stigma-stigma tersebut, lebih baik diganti dengan Ikhtiar dan berdoa. Karena jodoh datang selain ditunggu juga perlu diusahakan :) #eyaa
Sebenernya aku mungkin belum cukup berbakat ya kalau bicara soal jodoh dan menikah. Karena aku ini belum punya pengalaman, belum ketemu jodoh dan belum menikah juga :' Tapi yang ingin aku bagikan disini adalah supaya Muslimah-muslimah tuh jangan gelisah perkara sentimen masyarakat.
Kalau kita nggak bisa mengelola pikiran secara positif, yawes nggak usah di dengerin.
Capek kali kalo harus ngikutin maunya semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu nggak tepat kalau nggak sesuai sama pendapat pribadi doi. Ye nggak ? hehe.
Dah balik lagi aja ke Hadits Rosul.
Barangsiapa yang sudah mampu menikah, menikahlah, jika kamu belum mampu maka berpuasalah.
Salah seorang teman bertanya, "Menurutmu Nikah telat i pie ? Ada nggak ?"
Satu per satu dari kita menjawab secara bergantian.
Secara umum kita nggak setuju sih, tapi ada beberapa sudut pandang yang musti dipertimbangkan. Misalnya jika statement tersebut dilihat secara fisik. "Perempuan itu kan ada masa subur, menopouse, tau kan yang tabel-tabel perempuan itu ? . . mungkin ini yang jadi pertimbangan." (pendapat ini dikatakan oleh salah seorang temanku yang lain).
For me, ini ada benarnya juga :)
Btw, Sebenernya ya, pertanyaan ini cukup menarik karena yang nanyain adalah teman ku laki-laki. Wkwkw
Pas tiba giliranku, kata pertama yang aku utarakan adalah
"Stigma"
Gimana ya, menjawab sebuah pertanyaan ataupun menanggapi pernyataan soal "nikah telat" tuh sebenernya simple tapi berat. nahlo pie kui >< wkwk
Karena.. gini, siapa sih sebenernya yang ngasih ukuran "telat nggak telat" tuh ? Manusia. Penilaian masyarakat.
"Kapan nikah ?"
"Udah umur segini kok belum nikah ?"
"Nunggu apalagi ?"
dll...
Terus ukuran telat dan nggak telat itu gimana ?
Gausah ukuran deh, definisi nikah telat itu gimana ?
Mungkin ada banyak sudut pandang ya, kayak misal dari fisik atau kesehatan, bolehlah. Tapi kalau based omongan orang lain yaaaaa ngapain ? hehe
aku sendiri nggak mau terjebak dengan stigma dan sentimen masyarakat, buat apa? Kita hanya akan terkungkum pada perasaan gelisah dan takut. Dan menurutku itu hanya akan memicu pikiran kita jadi nggak believe sama Alloh.
Jodoh itu Alloh kasih kok. Kapannya yang kita nggak tau, kalopun nggak dapet di dunia, mungkin besok ketemunya di akhirat.
Lagian, segala sesuatu dalam aspek kehidupan kita tuh udah Alloh jamin. Semuanya! Se-sayang itu loo Alloh sama Hamba-hambanya.
Gak ada tuh Alloh bilang "Barangsiapa wanita berumur 25 belum nikah maka dia bukan termasuk hambaku" gak ada!
Lalu apa yang perlu kita takutkan jika Alloh sudah menjamin segala rizki (termasuk jodoh) kita di dunia ini :)
Bagiku, daripada pusing memikirkan stigma-stigma tersebut, lebih baik diganti dengan Ikhtiar dan berdoa. Karena jodoh datang selain ditunggu juga perlu diusahakan :) #eyaa
Sebenernya aku mungkin belum cukup berbakat ya kalau bicara soal jodoh dan menikah. Karena aku ini belum punya pengalaman, belum ketemu jodoh dan belum menikah juga :' Tapi yang ingin aku bagikan disini adalah supaya Muslimah-muslimah tuh jangan gelisah perkara sentimen masyarakat.
Kalau kita nggak bisa mengelola pikiran secara positif, yawes nggak usah di dengerin.
Capek kali kalo harus ngikutin maunya semua orang. Apapun yang kita lakukan akan selalu nggak tepat kalau nggak sesuai sama pendapat pribadi doi. Ye nggak ? hehe.
Dah balik lagi aja ke Hadits Rosul.
Barangsiapa yang sudah mampu menikah, menikahlah, jika kamu belum mampu maka berpuasalah.
-Luinnisa-
No comments:
Post a Comment