Kematian bapak adalah penggugur segala rentetan mimpi dan ambisiku.
Aku mengubah nyaris seluruh rencana hidupku
Dari plan A, B, C, menjadi 'nggak punya plan apa-apa'
Bagiku, menyembuhkan duka kehilangan bapak sangatlah berat
Mengeringkan sisa air mata kesedihan sangat tidak mudah
Waktuku lebih banyak kuhabiskan memikirkan 'bagaimana aku harus bertahan hidup tanpa bapak' ketimbang 'goals apa ya yang ingin aku capai di masa depan nanti'
Hari demi hari kuhabiskan mendefinisikan kata ikhlas dan memaafkan
Meng-tidak apa apa kan kepergian itu tidak mudah loh
Aku yang terbiasa memplanning segala 'perjalanan' tiba-tiba kesasar, nggak tahu jalananan.
Satu-satunya fokus ku adalah menemani ibu.
Nggak sempurna sih, banyak bikin salah, kesel dan masih jauh dari cap "anak berbakti"
Tapi menjadikan ibu sebagai prioritas, mengusahakan kebahagiaan untuknya, dan meminggirkan sejenak keruwetan pikiran -tentang aku- ternyata perjuangan yang ngga mudah.
Benar.
Menjadi anak ternyata ngga mudah, apalagi menjadi anak berbakti dan salihah.
Pantes ya hadiahnya surga, menjalaninya amat teramat susah.
No comments:
Post a Comment