Aku akan memulai tulisan ini dengan sedikit bercerita. Tapi sebelumnya aku tegaskan, cerita ini bukan untuk menyudutkan siapapun. Kalaupun ada pihak-pihak yang merasa tidak nyaman, tidak setuju, iam sorry for that. Tapi cerita ini menurutku perlu untuk aku tulis, dengan harapan bisa sedikit menjadi bahan renungan, khususnya untuk sesama perempuan.
Beberapa waktu lalu, aku sempat mereply story salah seorang teman lamaku. Yaa biasa lah ngobrol sedikit sambil basa-basi sampek membahas masalah jodoh. Mungkin aku salah kali ya menjadikan topik 'jodoh' sebagai bahan untuk basa-basi (ya karena akupikir orang segedhe aku paham dong ya mana konteks basa-basi mana konteks pembicaraan serius). Tapi aku tidak menyangka reaksi yang aku dapatkan sungguh mencengangkan. Kurang lebih begini, "Luluk kayaknya sih santai ya (masalah nikah). masih mau karir dulu"
Alloh . . Tbh, aku marah (kala itu). Aku sangat tersinggung dengan kata-kata tersebut (kala itu).
Aku merasa kalimat tersebut bernada memojokkan seolah aku tidak mementingkan perkara menikah, dan mengutamakan karir diatas segalanya. Astaghfirulloh.
Buat aku, kata-kata tersebut nggak pantes keluar dari mulut sesama perempuan, apalagi aku yakin kita sama-sama orang yang sejatinya paham apa esensi menikah dalam pandangan Agama yang kita yakini. Kalau boleh mengeluarkan 'ledakan' kemarahan ku saat itu, aku akan marah dengan sebuah pertanyaan "why ? kenapa kata-kata ini keluar dari mulut perempuan ? dari mulut seorang ibu (well, temen gue udah punya anak), dari mulut seorang Muslimah yang paham Agama" ingin rasanya aku membalas dengan kata-kata tersebut, but i know, aku cukup dewasa untuk paham bahwa aku tidak boleh 'menyerang' seseorang dengan membawa identitas pribadinya. She is kind, she is still my friend, tapi aku sangat kecewa dengan perkataan dia, kala itu.
Buat aku, kata-kata tersebut nggak pantes keluar dari mulut sesama perempuan, apalagi aku yakin kita sama-sama orang yang sejatinya paham apa esensi menikah dalam pandangan Agama yang kita yakini. Kalau boleh mengeluarkan 'ledakan' kemarahan ku saat itu, aku akan marah dengan sebuah pertanyaan "why ? kenapa kata-kata ini keluar dari mulut perempuan ? dari mulut seorang ibu (well, temen gue udah punya anak), dari mulut seorang Muslimah yang paham Agama" ingin rasanya aku membalas dengan kata-kata tersebut, but i know, aku cukup dewasa untuk paham bahwa aku tidak boleh 'menyerang' seseorang dengan membawa identitas pribadinya. She is kind, she is still my friend, tapi aku sangat kecewa dengan perkataan dia, kala itu.
well kalau katakata "Luluk kayaknya sih santai ya. masih mau karir dulu" itu diucapkan saat usiaku masih 18 tahun, mungkin aku tidak akan tersinggung. Tapi kata-kata itu aku dapatkan disaat umurku sudah jalan 24 tahun :') disaat bahkan teman-teman kuliah ku yang younger than me udah pade mulai nikah, wajar nggak aku marah ? wajar nggak aku menjadi sangat inferior ?
ya ku manusia biasa bos, se baqoh-baqohnya aku menjadi perempuan, hatiku terbuat dari 'bahan' yang sama kayak Ibunda Hawa, kek tulang rusuk yang bengkok. sakit jugha dikatain begitu :')
Tapi mungkin ini ujian kesabaran buat aku kali ya, aku berusaha untuk menjawab setenang mungkin meski hati udah kek kebakaran hutan, so i said (-/+) "Kita nggak pernah tahu kan usaha dan ikhtiar seseorang? kita juga gapernah tahu bagaimana seorang hamba berdoa terus sama Alloh, nggak perlu diumbar-umbar juga kan?"
hehe
*tarik napas* *hembuskan*
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa aku marah ?
Karena aku nggak mengerti, apakah ketika aku memiliki cita-cita yang tinggi aku tidak pantas untuk menikah dan punya anak ?
apakah serendah itu aku menjadi seorang perempuan hingga aku sangat tidak layak untuk menyandang gelar sebagai seorang istri dan ibu nantinya ?
(OMG, its hard for me, nulis nya sambil gemeter pengen nangis)
aku merasa sangat inferior kala itu. menjadi sangat sedih, minder, hampir-hampir merasa nggak pantes jadi perempuan 'seutuhnya nantinya' :(
aku tidak perlu kan menjelaskan 'aku paham kok kodrat wanita harus melahirkan menyusui, dll' atau 'aku tau kok tugas seorang istri kan melayani suami' 'aku ngerti kok batas istri dan ibu mana yang boleh dan nggakboleh mana yang menjadi prioritas mana yang bukan'
aku nggak perlu kan mendeklarasikan kalau aku paham ? karena toh paham atau tidak paham, bukankah sesama perempuan tidak sepantasnya menjatuhkan ?
*tarik napas* *hembuskan*
Tapi yasudahlah, nggak papa, aku tidak berlarut dalam lubang sakit hati kok, aku berusaha untuk pelan-pelan membangun rasa percaya diriku kembali sebagai seorang perempuan, toh mungkin melalui ini semua Alloh pengen ngajarin aku bagaimana seharusnya Muslimah berbicara yang baik terhadap Muslimah yang lain, bagaimana seharusnya kita menjaga lisan ketika berkata, bagaimana kita perempuan seharusnya mengedepankan adab dan etika dalam berucap.
Mungkin ini teguran juga dari Alloh karena di masa lampau aku juga pernah serampangan dalam berbicara kepada sesama perempuan.
*tarik napas* *hembuskan*
Bicara tentang perempuan, dan hubungannya dengan kehidupan menikah memang nggak ada habisnya, tapi justru karena nggak ada habisnya-lah seharusnya kita terus belajar menjadi perempuan yang lebih baik
So please, melalui tulisan ini aku berharap kepada sesama perempuan, yuk mari jangan saling menjatuhkan, jangan saling menyudutkan, alih-alih menyemprot luka, mengapa tidak kita menebar cinta ? Saling dukung, saling bantu, saling ngedoain yang baik-baik.
kurang-kurangin lah itu memberikan pertanyaan dan pernyataan yang bisa berpotensi bikin orang sakit hati. Terlebih mungkin bagi teman-teman perempuan yang sudah berkeluarga, berikanlah contoh yang baik, plis tolong banget jangan sekali-kali ngasih kalimat-kalimat yang nggak enak. diskusi boleh, ngasih nasihat boleh pakek banget. dan kita itu sangat terbuka mendengar berbagai cerita dan masukan, aku sering juga kok sharing atau sekedar mendapat cerita dengan kakak kelas atau teman yang sudah menikah. Semuanya menyenangkan untukku karena aku merasa seperti dikasi kuliah keluarga secara gratis. Tapi ya itu tadi, tolonglah jangan gunakan kalimat-kalimat yang menyakitkan hati. Kita sesama perempuan seharusnya saling menguatkan kan ?