Dulu entah kapan tepatnya aku lupa, aku semangat banget yang namanya kepengen nikah umur 20 tahun atau 21 tahun. Pokoknya mau nikah muda gitu.
Kemudian waktu berlalu, sampai umurku sekarang udah 22 tahun, yang berarti harapan untuk menikah muda sudah terlewati. hehe
Jadi inget pernah ngobrol sama mbak Avil "Dulu aku juga gitu kok awal-awal semangat banget pengen nikah muda, tapi makin kesini yaudah santai, jalani aja"
Dan . . Yeah! kata-kata mba Avil itu benerrr! 😅 wkwk
Sekarang lebih realistis, lebih nggak muluk-muluk dan lebih memilih untuk mencoba banyak bersyukur menikmati kehidupan sekarang. Nggak mau terlalu mikirin gimana-gimana karena yang paling penting adalah yakin aja dulu sama Alloh. Soalnya jodoh itu kan bagian dari rezeki dan janji Alloh buat Hamba-hambanya :')
Akupun mulai menyadari, bahwa aku belum cukup siap dan mampu untuk menikah saat ini.
Alasannya ? Hmm apaya banyak faktor.
Pertama, melihat beberapa temen-temen yang sudah menikah, aku belum menemukan apaya mungkin semacam 'value' yang bisa bikin aku mikir 'oke Luk kamu harus segera menikah'. Hehe
Kedua, mungkin bagi sebagian orang berfikir bahwa "Luluk masih memiliki cita-cita yang terlalu tinggi"
"Dan itu artinya kamu gak siap Luk nikah sekarang, kamu belum siap jadi istri apalagi jadi ibu kalau pikiran mu masih aja ngejar karir."
Begitu kali ya pikiran orang-orang. Wkwk
Tapi ya memang bener. Prioritasku saat ini (saat ini ya, gatau kalau esok lusa berubah) adalah punya karya. Setidaknya, segera jadi sarjana :') hehe.
But, soal mimpi, aku tidak akan pernah mengurangi atau menurunkan standard mimpiku sediqitpun, karena bagiku menikah bukan soal mengubur mimpi-mimpi tapi melangitkan impian bersama-sama. Saling support, saling mendoakan untuk kebaikan bersama. Ye nggak ? :')
Ya sekarang kan masalahnya bukan stereotip orang ya tapi gimana aku bisa menemukan pasangan yang punya visi/pikiran yang sama soal melangitkan mimpi dan cita-cita bersama. Eyaa 😅 wkwk tapi belum nemu .-.
Ketiga, dan mungkin ini alasan yang paling make sense sih, karena semakin banyak belajar dan menyimak sharing ilmu dari banyak orang bahkan Ustadz aku masih ragu-ragu dan merasa belum siap.
Pikirannya belum bisa lurus "menikah adalah Ibadah. Lillahitaala"
Jadi, aku nggak mau memaksakan itu. Tidak mau berbohong sama diri sendiri, bilang kepengan kepengen nikah padahal hati, pikiran belum siap.
(terus nanti ada yang bantah, tapi Luk nikah itu gak akan ada siapnya. hmm aku pernah mendengar seorang berkata "ukuran kesiapan nanti dirimu sendiri lak tahu" jadi kalau emang menikah nggak akan ada siapnya, setidaknya nanti aku akan ada step dimana lebih siap dari hari ini meskipun "ya nggak siap" nahlo gimana, mudeng nggak ? haha)
Keempat, belum ada tanda-tanda jodoh yang ketuk pintu rumah. Wkwk jadi kalopun mau nikah, mo sama sape ? Hehe
Dan karena belum ada yang melamar (bewrat amat bahasanye) aku juga belum mau berikhtiar (untuk saat ini ya) karena ya itu tadi. Prioritas ku sekarang adalah berjuang dulu dapat gelar sarjana, lulus, sebagai bentuk tanggung jawab kepada diri sendiri dan ortu yang harus di selesaikan. 😊
Tapi kalo ditengah-tengah ada yang ketuk pintu gimana Luk ? Ya itu lain cerita laa bebs ☺ hehe
Sekian episode Tulisan tentang Menikah episode #1.
Masih ada banyak episode "Tulisan tentang Menikah #2 #3 #4 dst!"
Masih ada banyak episode "Tulisan tentang Menikah #2 #3 #4 dst!"
Nantikan kelanjutan episode nya! 😉
Salam,
-Luluk Khoirunnisa-